S
|
ampai hari ini lelaki bernama Kawamaru
yang baru saja kukenal terus menggangguku...
Hampir setiap menit dia mengirimiku
salam baik itu secara langsung maupun lewat pesan singkat di hape,fb,twitter,bahkan
lewat surat...
Urrggh benar” membuatku ingin
marah...
“biarkan saja kimi”saran ibu saat
aku menceritakan kajadian itu pada ibuku..
“tapi ibu..aku benar-benar
terganggu dengan tingkahnya itu...”ujarku tanpa berani menatap wajah ibu
“kau tidak perlu risau..dia tidak
akan menyakitimu” ibu meninggalkan aku terpaku di sudut ruang keluarga yang
dulu selalu menjadi tempat favorit aku,ayah,ibu,dan adikku...
Hanya saja sekarang yang selalu
berada di ruang ini hanya aku dan ibu sejak ayah dan adikku meninggal dalam
sebuah kecelakaan 2 tahun yang lalu, saat aku masih duduk dibangku SMU..
Aku sempat mengalami depressi
akibat krisis identitas yg menimpaku..
Ayahku...aku sangat menyayanginya,
dia adalah seorang ayah yang sangat baik dan menyayangi anak-anaknya..
Tapi sekarang dia telah
meninggalkan aku dan ibu, seorang wanita yang masih sangat kuat meskipun suami
dan anak nya meninggalkannyauntuk selama”nya..
Aku bangga padanya..sungguh tak ada
lagi rasanya kekaguman untuk orang lain selain untuk ibu..
Perlahan aku dan ibuku bangkit dari
keterpurukan..dengan sisa harta yang ayah wariskan untuk kami, ibuku membuka
sebuah toko buku. . Untuk membuka usaha ini bukan tanpa alasan,,ibu dan aku
memang orang yang sangat menghargai kehadiran buku sebagai jendela wawasan
kami...
Tiada hari tanpa membaca
buku...itulah motto hidup kami..
berawal dari kesamaan motto,
akhirnya aku bersahabat dengan lelaki bernama shu inamoto...
seorang lelaki berpenampilan sangat
modis dengan tubuh cekingnya dan kacamata berbingkai hitam yang menggantung
dimatanya...
sungguh menyenangkan
memandandangnya terus menerus...
Ghost Hunter..itulah buku yang
mengawali perkenalan kami..
Suatu hari saat aku merapikan buku
di tokoku dia datang dengan sangat cool-nya...
Benar-benar membuatku ingin
berteriak menyapanya..
“kau pemilik toko ini??”sapanya
padaku yang masih tetap mengagumi ke-keren-nannya..
“ya..” jawabku salah tingkah
“sudah hampir seluruh toko buku
dikota ini aku datangi u/ mencari sebuah buku yang sangat happening saat ini,
kau punya?”tanyanya dan mendekatkan wajahnya padaku...
“Ghost Hunter...”jawabku bersamaan
dengan tarikan di lenganku.
“tunjukkan dimana bukunya” dia
menarik lenganku menuju rak buku di ujung ruangan.
“maaf, buku yang kau cari tidak ada
ditoko ini”jawabku
“huhh..” dia menghela napas tanda
rasa kecewanya..
“ya sudah, terima kasih”lanjutnya
kemudian beranjak pergi dari tokoku.
“tunggu dulu..!!!” teriakku dan
mengejar langkahnya yang cepat..
Dia menoleh, dan mengerutkan
dahi..”ada apa lagi?” tanyanya datar.
“aku punya buku yang kau cari, tapi
aku tidak menjualnya”
Mendengar jawabanku wajahnya yang
semula kusut berubah menjadi riang.
“benarkah?” tanyanya kemudian
setelah berhasil menguasai diri dari rasa senangnya.
Aku mengangguk dan berbalik arah
menuju laci dimana buku itu kusimpan.
“ini” kusodorkan buku bersampul
hitam itu padanya.”pinjam saja, kembalikan saat kau sudah selesai membacanya..”lanjutku
“terima kasih , secepatnya akan
kukembalikan buku ini” ujarnya mengacak acak rambutku sebelum akhirnya pergi.
Aku merasa senang bila mengingat
kejadian itu.
Akhir akhir ini aku sering
memikirkannya, entah mengapa saat dekat dengan inamoto aku terus saja merasa
nyaman.
Padahal saat dekat dengan teman
lelakiku yang lainnya aku merasa biasa saja,
Apa mungkin aku suka padanya..tanyaku
pada diriku sendiri..
“Hey...”suara seseorang membuyarkan
lamunanku.
“Inamoto san”aku terkejut melihat
kedatangannya yang tiba” di tokoku.
“Apa yang sedang kau pikirkan??”
inamoto duduk di sebelahku.
Aku terdiam, sangat tidak mungkin
kalau aku berterus terang tentang lamunanku tadi padanya.
“aku hanya memikirkan tentang
rencana datangnya stephany meyer ke indonesia bulan depan” jawabku berbohong.
Dia tersenyum mendengar jawabanku”kau
datang??”tanyanya dengan wajah menghadap jelas ke arahku, yang tentu saja
membuat jantung yang kumiliki berdetak 3 kali lebih cepat dari biasanya.
Aku menggeleng “masih belum tahu”
jawabku dengan seulas senyum untuk menutupi pipi merahku karena tatapan tajam
inamoto padaku.
“kau terlihat manis dengan
senyumanmu itu..”
Aku terkejut mendengar pujian yang
sama sekali tidak pernah kupikirkan sebelumnya.
Melihat kebingunganku itu inamoto
tertawa sekeras-kerasnya.
“Hahahahaha, kau semakian lucu
dengan wajah bingungmu itu”ujarnya masih dengan tawanya yang semakin membuat dia
tampak menarik.
Hatiku semakin tak keruan berada
dalam posisi seperti ini, rasanya aku ingin meledak.
“hehehe..terima kasih atas pujianmu”jawabku
sekenanya menanggapi pujian inamoto.
Yah beginilah setiap kali bertemu,
kami pasti selalu tertawa keras keras seolah tak memperdulikan pengunjung
tokoku.
Selain sering berkunjung ke toko,
inamoto juga sering datang kerumahku. Entah itu untuk menemuiku atau ibu,
dengan kue mochi yang selalu dibawanya untuk kami.
Aku tahu, semua kebaikan inamoto
ini murni karena hanya ingin berbuat baik pada teman. Meskipun begitu aku
mengharapkan ada sedikit alasan lain kenapa dia sangat baik padaku. Setiap
memikirkan hal itu aku selalu berusaha menepisnya jauh jauh, takut kalau aku
hanya akan sakit hati akibat pikiranku ini.
Aku tidak ingin persahabatanku
dengan inamoto berakhir hanya gara gara perasaan anehku ini. Untuk masa seperti
sekarang, sungguh sulit mencari seorang
sahabat yang benar benar menyayangi sahabatnya. Kebanyakan persahabatan yang
dijalin hanyalah persahabatan semu. Dan aku tidak ingin kehilangan sahabat
sejati yang telah aku miliki.
* * *
H
|
ujan masih mengguyur kota kecil ini
saat aku melangkahkan kaki untuk pulang dari kampus. Aku tak peduli sepatu
sneakers-ku basah oleh air hujan. Bahkan separuh celana pipaku juga turut basah
meskipun aku sudah memakai payung.
Nasib seperti ini tak pernah aku
sesali, justru aku bersyukur biarpun mobil yang dulu pernah aku miliki harus
dijual untuk menambah modal pembuatan toko buku”HIRAYAMA” yang kini menjadi
sumber penghidupan bagi aku dan ibu, aku dapat lebih mandiri.
Sebuah mobil berhenti tepat
didepanku, kaca pintu mobil terbuka dan muncullah sesosok wajah yang aku kenal,
yaitu Kawamaru.
“Naiklah..!!” teriaknya dengan
suara lantang melawan suara derasnya hujan.
Aku menggeleng dan tetap
melanjutkan langkahku. Kawamaru terus mengikuti aku dari belakang sambil terus
memaksaku naik kemobilnya. Entah sudah berapa kali aku menggeleng untuk menolak
ajakannya.
“Apa kau tidak mengerti maksud dari
gelengan kepalaku??” tanyaku saat aku benar benar telah kesal pada lelaki
cantik ini.
“aku tidak peduli dengan
gelenganmu, asal aku bisa bersama denganmu”jawabnya dengan senyum manisnya,
tapi bagiku memuakkan.
Tiba tiba saja muncul inamoto dari
balik tikungan dan berhenti dihadapanku.
“Hirayama, ada apa??” tanyanya saat
melihat aku berdebat dengan Kawamaru.
“A..aku..”
“naiklah, kuantar kau pulang” dia
memotong ucapanku. Tanpa berpikir panjang segera saja aku naik keatas motornya.
Sengaja aku menyetujui ajakan
inamoto karena ada Kawamaru, biarkan saja dia kesal karena sikapku. Dengan
sigap inamoto menjalankan motornya meninggalkan Kawamaru mengomel dalam
mobilnya. “Terimakasih,kedatanganmu telah menyelamatkanku dari Kawamaru” ujarku
dengan rasa senang yang tak tertahankan karena dapat sedekat ini dengan
inamoto.
“Sudahlah, jangan sungkan”jawabnya
santai.
Akhirnya aku benar benar basah
kuyup karena payung yang tadi kupakai sudah kulipat.
“Kimi,kau tidak apa apa”tanya
inamoto terdengar sedikit khawatir.
“Tidak, tenanglah”jawabku dengan bibir bergetar menahan rasa dingin yang
merasuk kedalam tulang tulangku hingga terasa ngilu. Tiba tiba saja inamoto
menepikan motornya lalu berhenti disebuah halte.
“Kita berteduh dulu” tangan inamoto
membantuku turun dari motornya.
“Terimakasih”jawabku. Untunglah
halte dalam keadaan sepi sehingga aku dapat duduk dengan leluasa.
“kau terlihat pucat hirayama”ucap
inamoto panik.
“Ah, benarkah. Kurasa aku baik baik
saja” aku menunduk karena wajah inamoto begitu dekat dengan wajahku.
“sini, biar aku lihat lebih dekat”
inamoto benar benar mendekatkan wajahnya dan mengangkat daguku. Aku benar benar
tak sanggup memandang wajah inamoto sedekat ini. Aku terbelalak saat bibir
dingin inamoto menyentuh bibirku. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan dan
membiarkan saja inamoto menciumku tanpa perlawanan.
Aku masih tertegun saat inamoto
mengangkat wajahnya. Saking kagetnya tak terasa mataku berair.
“hey, kau menangis..??”tanya
inamoto sangat panik.
Aku tak sanggup menjawab, aku hanya
menunduk saja menyembunyikan air mataku dari inamoto. “kau marah padaku??”
Aku menggeleng. “hahahhaha..,kau
lucu”inamoto tertawa melihat reaksiku saat ini.
“sini aku bantu menghentikan air
matamu” lagi lagi dia bibirnya menyentuh bibirku.
Aku kaget sehingga air mataku
langsung berhenti mengalir.
Inamoto tersenyum jahil saat
mengangkat wajanya. “berhenti kan??”
“iya..kau benar” aku mencoba
menguasai diri dari rasa yang campur aduk seperti ini.
Sampai kembali kerumah aku benar-benar
belum bisa melupakan kajadian tadi siang di halte.
Apa maksud inamoto menciumku. Aku
sungguh tidak mengerti apa yang dipikirkan lelaki unik yang bisa secepat kilat
berubah ekspressi itu.
Entahlah mungkin dia hanya ingin menghilangkan
rasa dinginku tadi siang.
Jangan pernah berharap banyak pada
sikap manisnya.
Tapi bagaimanapun juga aku masih
bingung terhadapnya, apa mungkin dia memang biasa bersikap seperti ini pada
semua teman wanitanya?.
Sejak kejadian itu aku jadi sedikit
canggung saat bertemu dengannya, sikapnya padaku tidak berubah masih tetap
perhatian denganku.
“inamoto san”panggilku saat kami
makan siang bersama di kantin kampus.
“yak, ada apa??”jawabnya sambil
mengunyah sandwich.
“apa inamoto san memang sering
bersikap seperti ini pada setiap teman wanita..??”tanyaku ragu ragu. Takut
membuat dia tersinggung.
Dan benar saja, dia hampir saja
tersedak makanannya saat mendengar pertanyaanku.
“apa maksudmu bertanya seperti itu?”
tanyanya dengan wajah merah, antara marah atau malu ya? “ma..maaf kalau
pertanyaanku menyinggungmu” aku tak menyangka kalau dia akan bereaksi seperti
ini.
“tidak apa apa, justru aku senang
kau bertanya seperti itu” jawabnya , kali ini dengan seulas senyum klasiknya.
Aku semakin heran mendengar ucapan
dia”maksudmu..???” tanyaku terbelalak.
“dengan menanyakan hal itu, berarti
kau sudah jatuh hati padaku kan?” ujarnya menggodaku. “a..aku tidak bermaksud
seperti itu..”jawabku salah tingkah. Takut kalau perasaanku yang sebenarnya
terlihat olehnya.
“hmmm...tapi kenapa pipimu merah??”
Aku benar benar merasa rikuh,
kugunakan cangkirku untuk menutupi wajahku dari tatapan mata inamoto.
“sudahlah..yang jelas aku tidak
pernah bersikap seperti ini pada teman wanitaku selain kepadamu..” ujarnya
mencoba menenangkanku.
Aku menjadi semakin berharap sejak
mendengar ucapannya itu. Semoga saja ini akan menjadi permulaan yang baik.
Hari minggu yang cerah ini, inamoto
mengajakku untuk datang ke acara meet n greet to Stephany Meyer, seorang
penulis buku favoritku yang berasal dari Amrik. Namun tiba tiba saja ibuku
sakit, dan aku mau tidak mau harus membatalkan rencana pergi dengan inamoto.
Awalnya aku sempat ragu untuk membatalkan rencana ini karena ibu menyuruhku
pergi saja. Dia sangat tahu kalau aku adalah penggemar berat penulis itu. Tapi
melihat kondisi ibuku seperti ini, sangat tidak mungkin aku harus
meninggalkannya seorang diri dirumah.
“biarlah aku tidak pergi bu, ibu
lebih penting daripada Meyer.”ujarku menenangkan ibu yang terbaring lemah di
atas tempat tidurnya. Sebuah syal melingkar di lehernya, tubuhnya sangat panas.
Aku takut kalau terjadi sesuatu pada ibu.
“lebih baik kita pergi kerumah
sakit”ajakku mungkin sudah yang ke 50 kalinya, sebab ibu terus saja menolak
dengan alasan sakitnya hanya demam biasa.
“ayolah ibu, jangan membuatku
khawatir” rengekku merayu ibu agar mau kuajak ke rumah sakit.
Saat aku dan ibuku datng dari rumah
sakit, di teras rumahku telah duduk seseorang.
“Inamoto san..”panggilku waktu
mengetahui bahwa lelaki yang tengah duduk itu adalah inamoto. Dia terlihat
manis sekali dengan kemeja lengan panjang berwarna abu abu yang sangat cocok
sekali dengan warna kulitnya..
“ah, kau sudah datang” jawabnya
lekas berdiri membantuku menuntun ibuku kekamarnya.
“sepertinya dia sudah lebih baik”aku
membenarkan letak selimut ibu yang sudah tertidur.
“ya..”inamoto keluar dari kamar ibu
dan ku ikuti.
“tunggu dulu..”kutarik tangan
inamoto yang berjalan di depanku.
Dia menoleh tanpa ekspressi.
“bukankah seharusnya kau pergi ke
acara Meyer?” tanyaku heran.
Inamoto mengangkat bahunya dan
menggeleng..”aku tidak jadi pergi” jawabnya dengan wajah sedikit masam.
“gara gara aku ya?”aku jadi merasa
bersalah padanya. Padahal orang yang paling senang dengan kedatangan Meyer
adalah dia. Tapi sekarang gara gara ibuku sakit dia jadi gagal datang.
“maaf ya.”ujarku minta maaf dengan
tulus.
Inamoto tersenyum masam. Seperti
menyimpan sejuta makna dibalik sesungging senyumnya itu. Tanpa menjawab
permintaan maafku,dia berlalu dari hadapanku. Kali ini sikapnya benar benar
dingin padaku. Tapi tak apalah, dia memang pantas marah padaku yang telah
menggagalkan acara pentingnya. Tapi bukankah aku tak pernah memintanya untuk
menemaniku menjaga ibu yang sedang sakit??
Dia benar benar telah membuatku
bingung dengan sikap anehnya itu.
“pulanglah..”perintahku padanya yang tengah
duduk di tatami ruang keluarga.
Dia tetap diam saja. Tak
berekspressi. Aku muak sekali melihat sikap lelaki itu seperti ini.
“pulanglah, aku bisa menjaga ibuku
sendirian” kuulangi perintahku barusan,
Lagi lagi dia hanya diam,
“kau tidak mendengarkanku..!!aku
bilang pulanglah..lagipula aku tidak membutuhkanmu disini” ujarku dengan nada
tinggi, kesal sekali rasanya kalau tidak dihiraukan seperti ini.
Aku menarik tubuhnya untuk berdiri
dan bersiap siap mendorongnya keluar, tapi saat kami berdiri berhadapan dia
malah memelukku. Erat sekali pelukan itu sehingga aku merasa sulit bernafas.
Aku berusaha melepas pelukan inamoto namun pelukan itu justru semakin erat.
“inamoto san”aku terkejut dengan
pelukannya yang semakin erat.
Dan untuk yang kesekian kalinya
inamoto kembali menciumku. Kali ini aku tidak terlalu kaget seperti waktu itu,
meskipun demikian aku benar benar bingung dengan semua ini.
Tadi bersikap dingin, sekarang
berubah 180 derajat.
“Jangan menyuruhku pergi” pintanya
ditelingaku. Aku bergidik.
“tapi..”
“biarkan aku tetap memelukmu disini”
ujarnya memotong ucapanku.
Akhirnya aku mengalah dan
membiarkan tubuhku tetap berada dalam rengkuhannya.
* * *
L
|
ima hari sejak peristiwa di ruang
keluarga itu, aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Baik di kampus, toko,
dan rumahku. Entah apa yang telah terjadi pada lelaki itu.
“kau sendirian?” tanya Kawamaru
yang tiba tiba muncul dihadapanku dengan mobilnya.
“kelihatannya bagaimana?” tanyaku
ketus dan berjalan lebih cepat meninggalkannya.
Tapi dia mengejarku dan melajukan
mobilnya disampingku. Risih. Aku terus saja berjalan tanpa menggubris dia yang
terus saja mengoceh. Entah apa yang dikatakannya, aku benar benar enggan
mendengarnya.
Tepat didepan sebuah toko kue aku
melihat sesosok bayangan dibalik kaca toko yang sepertinya kukenal. Hah ..??
aku hampir menjerit kalau saja aku tidak ingat bahwa ini adalah tempat umum. Kulihat
inamoto sedang bersama dengan seorang
perempuan. Tapi siapa? Meskipun dari balik kaca, aku dapat melihat raut muka
inamoto yang tampak muram dibawah sinar lampu. Apa mungkin dia sedang tidak
senang. Oh mungkin dia pergi dengan orang yang dibencinya karena terpaksa,
sehingga membuat dia murung. Pasti dia butuh pertolongan, pikirku dalam hati
dan segera bergegas menghampiri inamoto kedalam toko.
“ inamoto..!!” panggilku.
Inamoto terlihat terkejut melihat
kedatanganku yang tiba-tiba.
“Hirayama”jawabnya masih dengan
rasa herannya. Wanita yang berdiri disampingnya memandangku dengan tatapan heran.
“Inamoto san, lama sekali kau tidak
kerumahku?” tanyaku dengan nada riang. Inamoto hanya tersenyum kecil mendengar
pertanyaanku. Tiba-tiba tangan wanita disamping inamoto bergelayut manja di
pundak inamoto.
“temanmu?” tanyanya ringan. Inamoto
mengangguk. Aku begitu terkejut melihat sikap manja wanita itu terhadap
Inamoto.
“Hirayama,perkenalkan ini ...”
“kekasih Shu Inamoto” wanita itu
menyela ucapan Inamoto dan membungkukkan badan.
Inamoto diam saja melihat tingkah
wanita yang bersamanya itu. Untuk beberapa saat dia menatap tajam mataku. Aku
berusaha menghindari tatapannya, namun tangannya menarik wajahku yang tentu
saja membuat aku begitu terkejut. Bukan hanya aku, tapi juga kekasih Inamoto.
“Hirayama, tatap mataku!!” ucapnya
tegas.
Tatapannya membuat aku tak sanggup
untuk membendung air mata yang muncul tanpa kuinginkan.
“Shu, apa-apaan kau?. Kau menyukai
gadis ini?” kekasih inamoto mencairkan ketegangan
Antara aku dan Inamoto.
Untuk beberapa detik Inamoto
terdiam sebelum akhirnya menggeleng. “Tidak, aku tidak menyukai gadis lemah dan
ceroboh ini”
Aku terkejut sekali mendengar ucapan Inamoto yang sama sekali
tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Kali ini aku benar-benar tidak sanggup
bertahan ditempat ini, secepat kilat aku berlari meninggalkan mereka berdua.
Jadi selama ini Inamoto mengaggapku sebagai gadis lemah dan ceroboh.
Diluar toko, Kawamaru yang sejak tadi menungguku terkejut
melihat aku keluar dengan menangis. Aku tak peduli. Tanpa berpikir panjang akupun
masuk kedalam mobil Kawamaru.
“Ada apa?” Tanya Kawamaru khawatir melihat keadaanku.
Aku menggeleng ”Bawa aku pergi ke tempat yang bisa membuatku
melupakan segala masalah” pintaku tanpa menoleh pada Kawamaru.
Kawamaru mengangguk dan memutar setang mobilnya menuju tempat
yang aku inginkan.
Gedung tinggi.
Kawamaru membawa aku ke atap sebuah bungunan gedung tinggi.
“kenapa kesini?” tanyaku tidak mengerti. Kawamaru tersenyum
tenang.
“Sini” dia menarik tanganku menuju tepi puncak gedung yang
berpagar setinggi dada. Aku betul-betul kaget dengan apa yang aku lihat saat
ini. Pemandangan kota malam hari dilihat dari atas gedung, benar-benar indah.
Hamparan lampu yang berkelap-kelip sangat indah menghias pekatnya malam ini.
“Dibawah lampu-lampu itu, banyak orang sedang mendapat masalah.
Dibawah lampu-lampu itu pula banyak orang sedang bergembira.” Kawamaru
berbicara sambil menatap bintang yang cahayanya kalah oleh cahaya lampu kota.
“mereka tertawa, menangis, bahagia, kecewa, terluka,
bingung....” lanjutnya dan menatapku.
“Menangislah bila kau ingin menangis. Kau tidak sendirian.”
Suaranya terdengar lembut. Ternyata tak selamanya Kawamaru itu menyebalkan, dia
bisa jadi seorang teman yang baik bila diperlukan. Tidak seperti orang yang
selama ini aku anggap teman baik ternyata menganggapku lemah dan ceroboh.
Perlahan air mataku menetes sedikit demi sedikit. Sebagai tanda rasa kecewaku
pada Inamoto san.
“Ini..”Kawamaru menyodorkan saputangan padaku.
Aku menerimanya”Terimakasih” kuusap air mataku dengan saputangan
pemberian Kawamaru.
“Bagaimana? Apa kau sudah lebih tenang?” dia terlihat begitu
menarik dibawah sinar bulan yang menimpa tubuhnya. Keren. Selama ini aku
betul-betul tidak pernah mengamati wajahnya secermat sekarang ini. Aku terlalu
memandangnya sebelah mata, tanpa melihat sisi lainnya. Aku mengangguk
“Terimakasih, sudah mau menemaniku malam ini”.
“Sudahlah, Jangan sungkan” ucapnya tersenyum. Senyum yang selama
ini memuakkan bagiku, kali ini terasa menyenangkan. Tiba-tiba handphone di
tasku berbunyi, ternyata ibu menelponku dan menyuruhku segera pulang.
“Kawamaru, aku harus segera pulang. Sekali lagi terima kasih
ya.” Bergegas aku meninggalkan Kawamaru, tapi dia menarik tanganku.
“Ada apa lagi?”
“Aku antar” jawabnya singkat.
“Tidak usah, te....”
“Diamlah” dia memotong ucapanku dan menarik tanganku turun dari
atas gedung.
“Ahh..kau mulai lagi” ucapku pasrah.
* * *
H
|
ari ini aku pulang dari toko agak teralambat,arloji ditanganku
menunjuk angka 10. Gara-gara masih harus mencatat arsip buku aku jadi pulang
terlambat. Jalan di depan komplek perumahan tempat tinggalku sudah sangat sepi.
Aku sedikit takut berjalan sendirian. Tiba-tiba dari balik gang muncul 3 orang
lelaki dan menghampiriku.
“Kau Kimi Hirayama?” tanya seorang diantara mereka.
“Ya..” jawabku berusaha untuk tenang.
Bersamaan dengan itu tangan lelaki yang berdiri disampingku
menarik tanganku. Aku sangat terkejut dan berusaha melepas tarikan lelaki itu. Saat
aku sedang berusaha mati-matian melepaskan diri dari para lelaki aneh ini
Inamoto san muncul di hadapanku. Dia membantuku melepaskan diri dari serangan 3
lelaki yang menggangguku.
“Kau baik-baik saja?” tanyanya setelah berhasil menyelamatkanku.
Aku diam. “Terimakasih” jawabku dingin dan berlalu dari
hadapannya.
“Tunggu” Inamoto mengejarku.
“ada apa lagi?” tanyaku tanpa menoleh.”Kau ingin mengatakan
kalau aku terlalu ceroboh sehingga diganggu 3 lelaki tadi itu” kulirik Inamoto
yang hanya terdiam “Atau kau ingin mengatakan kalau aku lemah se....”
“Cukup Kimi..!!!” Inamoto memotong ucapanku. Aku terkejut karena
dia memanggil nama depanku.
“Kau marah padaku hanya gara-gara kejadian waktu itu?” suaranya
melembut.
‘Hanya’ dia menganggap kejadian itu Hanya. Dia benar-benar
keterlaluan. Dia tidak tahu betapa kecewanya aku atas perlakuannya waktu itu.
Tanpa menjawab pertanyaannya aku mempercepat langkahku dan
meninggalkannya. Aku tidak habis pikir dengan lelaki ini. Dengan cepat dia
melupakan segala perlakuannya padaku selama ini dan bersama dengan perempuan
lain. Dan sekarang dia datang lagi padaku. Ingin sekali rasanya aku menghajar
lelaki itu.
Huuuh. Aku menghela napas dalam-dalam. Mengingat betapa
banyaknya masalah yang menghampiriku akhir-akhir ini.
Andai saja ayahku berada disini, pasti dia tidak akan membiarkan
anak perempuannya bersedih seperti iini. Pagi ini hari pertama libur musim gugur.
Jadi aku tidak pergi ke kampus dan memanfaatkannya untuk membereskan rumah saat
ibu pergi ke toko.
Aku ingin memberi surprise pada ibu. Sudah lama aku tidak
membereskan rumah akibat kesibukanku akhir-akhir ini yang begitu menyita
waktuku. Ku biarkan lagu ‘Linkin Park-Numb’ mengalun dari tape recorder
dikamarku, suka sekali aku pada lagu itu, selain karena musiknya yang nge-beat
juga liriknya yang bagus sekali, lagu ini begitu menarik karena dibawakan
dengan sempurna oleh si vokalis ‘LP’. Separuh pekerjaanku sudah selesai saat
kudengar suara seseorang dari luar rumah. “Hirayama..!!!. apa kau ada
didalam??”
Suaranya terdengar seperti suara Kawamaru, benarkah? Bergegas ku
hampiri seseorang yang memanggilku itu. “Kawama...”aku terkejut karena ternyata
yang datang adalah Inaomoto.
“Kau..datang lagi? Untuk apa??” ujarku ketus.
“jadi kau tidak suka aku datang kesini?” tanyanya bingung.
“Tentu saja aku tidak suka” jawabku singkat.
“Terserah kau suka atau tidak, aku kesini hanya ingin mengantar
ini!!?” tangannya menyodorkan sebuah buku padaku. Tanganku meraih buku Ghost
Hunter milikku itu.
“Kurasa sudah tidak ada masalah lagi. Jadi pulanglah..!!”
kudorong tubuh jangkung Inamoto keluar dari rumahku dan kututup pintu
keras-keras.
Dengan merasakan sakit hati, air mataku mengalir deras dari
tempatnya, seakan air mata ini dapat menyejukkan hatiku yang sedang terluka
ini.
‘Terluka’ benarkah aku terluka? Tapi terluka karena apa?
Bukankah sejak dulu aku selalu meyankinkan diriku sendiri agar tidak menyukai
Inamoto. Dan kenapa aku tidak bisa melakukan itu. Hingga akhirnya segala
kekhawatiranku kini terjadi, aku harus sakit hati gara-gara laki-laki brengsek itu. Ya Tuhan. Aku benar-benar
bodoh. Dan sekarang, kalau sudah sperti ini apa yang harus aku lakukan??...
“Hirayama?” suara Inamoto masih
terdengar diluar pintu. Urrgghhh benar-benar membuatku muak. Dengan
kasar kubuka pintu.
“ada apa lagi...?” aku
terkejut. “Kawamaru???” pekikku.
“Ada apa?” tanyanya heran. Aku menggeleng cepat”Oh tidak ada
apa-apa”
“Hirayama..kau menangis?” Tanya Kawamaru khawatir.
Aku menunduk diam. Tak sanggup rasanya bila harus bercerita pada
Kawamaru. Aku begitu malu padanya atas perlakuanku selama ini terhadapnya. Aku
bahkan tidak mau sekedar membalas senyumannya setiap kali kami bertemu. Tapi
dia begitu baik padaku, dan tak pernah merasa dendam padaku. Dia juga
berulangkali membantuku pada saat-saat seperti ini.
“Kau menangis gara-gara Inamoto ya?” tebaknya seprti seorang
peramal. Aku trbelalak.
“Dari mana kau tahu?”
“Baru saja aku berpapasan dengannya di halaman rumahmu”
Aku kembali menunduk diam.
“Kimi..” panggilnya, membuatku terkejut. Dia memanggilku dengan
nama depanku. Apa maksudnya?. “Ayolah, kau jangan murung begini. Usiamu
terlihat lebih tua dari usiamu yg sebenarnya lho” godanya membuatku tersenyum
kecil.
“Kau bisa saja. Masuklah.!” Aku menarik tangan lembut lelaki
cantik itu.
“Aku ingin mengajakmu jalan-jalan. Setelah ini Apa kau sibuk?” tanyanya sambil
membantuku membereskan pekerjaanku yang belum selesai. Sebenarnya aku sudah
melarang, tapi seperti biasa lelaki keras kepala ini memaksa.
Mendengar pertanyaannya itu aku menggeleng.
Kawamaru tersenyum senang “Baguslah”.
Kawamaru mengajakku kesebuah bukit. Setelah menepikan mobilnya,
dia menarik tanganku menghampiri deretan pohon bunga sakura yang di sebelahnya
terdapat danau begitu indah. Tempat ini
Berwarna merah muda semua akibat bunga sakura yang gugur. Sedangkan danaunya
berwarna hijau tosca bening.
Menyenangkan sekali berada ditempat seperti ini. Apalagi
pemandangan dibawah bukit juga menarik. Kawamaru memang berselera tinggi
tentang tempat dengan pemandangan yang indah.
“Kau suka dengan tempat
ini?” tanyanya saat melihat aku sudah puaas mengelilingi tempat ini dan duduk
disamping Kawamaru.
Aku mengangguk mantap. Tidak
ada alasan bagi seseorang untuk tidak menyukai tempat seindah ini. “Dari
dulu aku begitu ingin mangajakmu kesini” pandangannya menerawang jauh kedepan,
entah apa yang tersimpan dibalik mata tajamnya itu.
“Kenapa bisa begitu?” tanyaku tidak mengerti.
“Dulu, tempat ini adalah tempat yang paling di sukai Konno”
“Siapa dia?”
“Kekasihku” jawabnya “kekasih yang begitu membuatku tergila-gila
padanya” Lanjutnya dengan ekspressi wajah begitu senang.
“Lalu? Sekarang dia dimana?” tanyaku tak dapat membendung rasa
penasaranku.
Sakiko Konno orang yang benar-benar dicintai oleh Shin Kawamaru itu adalah seorang pramugari yang lucu dan baik. Tapi sayang,
gara-gara sebuah kecelakaan pesawat dia harus mati dengan tragis. Dan
meninggalkan semua orang yang mencintainya..
“Jadi..kau harus berpisah denganya?” tanyaku menyela cerita Kawamaru.
Dia mengangguk.
“Kau tahu? Kenapa aku begitu menggilaimu?” tanyanya kemudian.
Aku menggeleng.
“Karena kau begitu mirip dengan dia” ucapnya sedih. Aku melihat
ada setitik air yang hampir meleleh di sudut matanya. Mungkinkah seorang lelaki
seperti Kawamaru ini dapat menangis?.
Hampir 2 tahun sejak meninggalnya sang kekasih hati, Kawamaru
benar-benar menutup diri dari para wanita. Sebenarnya tidak sedikit wanita yang
mengejar-ngejarnya. Aku bisa mengerti dengan perasaanya itu. Memang tidak mudah
untuk melupakan sebuah kejadian yang begitu mendalam dihati hanya dengan
hitungan hari minggu, bulan, bahkan
tahun sekalipun.
“Itulah alasanku kenapa waktu pertama kali bertemu denganmu aku
begitu bahagia.”
“Dan terus mengirimiku kata-kata romantis?” tanyaku ingin tahu.
Dia mengangguk lagi. “Maaf kalau selama ini aku mengganggumu”
Aku tersenyum lebar.”Tidak, aku tidak terganggu.”
“Ah, begini saja!” aku berdiri dan menarik lengan Kawamaru. Kawamaru
menatapku heran.
“Kita sama-sama terluka karena cinta. Kita harus bisa keluar
dari keterpurukan ini. Maka dari itu, ditempat ini kita membuat perjanjian, bahwa
kita akan melupakan kisah sedih itu.! Bagaimana?”
Dia tersenyum lalu memungut sesuatu dibawah kakinya.
“Nah ambil ini!” Kawamaru memberiku sebuah batu.
“Anggap saja batu itu sakit hati kita, dan...”
“Kita harus melemparnya jauh-jauh dari hidup kita” potongku.
Kami melempar batu itu sekuat tenaga ke danau. Lalu tertawa
keras bersama-sama.
Senang sekali aku bisa kenal dengan pria sebaik Kawamaru ini.
“Kau cantik.” Ucapnya tiba-tiba saat aku tertawa. Kontan saja
aku langsung berhenti tertawa mendengar ucapannya.
“Kawamaru..kau mulai lagi” jawabku malas.
“Oh..maaf kalau kau tidak suka aku puji”
“Bukan begitu. Tapi dengan terus memperhatikanku berarti kau
akan terus mengingat Kak Sakiko” jelasku panjang lebar.
“Yah. Sudah lupakan saja.” Jawabnya datar.
Beberapa saat lamanya kami terdiam. Hanyut dalam lamunan
masing-masing. Hingga tak terasa sinar kemerahan matahari sore musim gugur yang
menyeruak dari balik bukit dibelakang danau menyengat kulit kami. Pemandangan
yang begitu indah. Enggan rasanya bila aku harus meninggalkan tempat ini.
Aku berjalan dibelakang Kawamaru yang menggandeng tanganku
menuju mobil. Ah andai saja yang berjalan didepanku saat ini adalah Inamoto,
pasti rasanya akan lebih menyenangkan.
“Kawamaru san, terima kasih sudah mengajakku ketempat seindah
tadi” ucapku saat sampai dirumahku. “sudahlah, jangan terlalu dipikirkan.
Anggap saja semua ini adalah rasa terimakasihku karena kau sudah mau menjadi
temanku.” Jawabnya dengan seulas senyum.
“Selamat malam.” Aku meninggalkan Kawamaru yang tetap berada
didalam mobilnya.
Menjelang tidur aku masih tetap saja memikirkan ucapan Kawamaru
Shin tadi siang.
“Karena wajahmu begitu mirip dengan dia”.
Betapa malangnya hidup Kawamaru selama ini. Dan aku tidak pernah
menyadari itu semua. Aku merasa jadi orang paling jahat kalau mengingat sikapku
dulu pada Kawamaru.
* * *
H
|
ari ini Kawamaru mengajakku kerumahnya. Entah kenapa akhir-akhir
ini aku begitu dekat dengan dia. Hampir setiap hari aku pasti pergi dengannya.
Apa itu hanya sekedar minum kopi atau aku memintanya untuk mengantarku pergi ke
suatu tempat.
“Ternyata rumahmu ada diatas gedung ini?” tanyaku sesampainya
kami dirumah Kawamaru yang ternyata berada di gedung yang waktu itu Kawamaru
mengajakku ke atapnya.
“Ya. Lantai 1-21 kusewakan untuk perkantoran. Dan aku memilih
lantai teratas untuk rumahku” jawabnya kalem. Aku benar-benar takjub dengan Kawamaru. Dibalik sikap
sederhananya dia menyimpan sebuah kekayaan yang tidak pernah di perlihatkan
pada orang lain.
“Lalu, orang tuamu mana?”tanyaku saat melihat rumah sebesar ini sepi sekali.
“Ibuku sudah meninggal. Dan ayahku sedang berada di kantornya.”
Aku terdiam mendengar
jawabannya yang singkat. Sebuah lukisan besar tergantung rapi diatas sebuah piano berwarna hitam
mengkilap. Lukisan bergambar Kawamaru, bersama orang tuanya yang terlihat
begitu menyayangi Kawamaru. Disamping lukisan itu tergantung sebuah
foto yang berukuran lebih kecil dari lukisan itu tampak indah dengan
Frame metalic yang mewah. Foto yang memperlihatkan foto Kawamaru kecil sedang
digendong ibunya. Sungguh lucu. Saat sedang asyik-asyiknya memandang setiap
detail foto itu tiba-tiba sesuatu yang dingin menyentuh lenganku.
Kawamaru menyodorkan sekaleng teh dingin padaku “Itu Fotoku
waktu umurku 7 tahun.” Ucapnya kemudian. “kau terlihat begitu menyayangi
ibumu.”
Kawamaru tersenyum “Tentu saja, dia adalah wanita terbaik yang
pernah kutemui seumur hidupku” jawabnya begitu antusias.
Aku mengangguk setuju. Memang seorang ibu akan selamanya menjadi
pahlawan terbaik bagi anak-anaknya, termasuk aku dan kawamaru yang begitu
mengagungkan ibu kami.
Kawamaru berjalan menghampiri piano yang sejak tadi menjadi
pusat perhatianku dan duduk dihadapannya. Dengan lembut jari-jari panjangnya
menekan tuts-tuts piano sehingga menimbulkan suara yang begitu merdu. Membuatku
terkesima melihat permainan piano Kawamaru Shin. Aku mendengarkan setiap irama
yang muncul dari piano dengan sangat detail dan larut kedalam suasana romantis
yang ditimbulkannya. Saking larutnya sehingga aku tak menyadari kalau Kawamaru
sudah menghentikan permainan pianonya.
“Kimi Hirayama, pianonya sudah selesai.” Tangannya menepuk
pundakku.
Aku terkejut.
“Ah maaf. Permainan pianomu terlalu membuatku takjub.” Ujarku
malu-malu. Kawamaru tersenyum lebar.
“Kau bisa saja, membuatku
GR saja” katanya tersipu. Wajah tirusnya terlihat kemerahan karena malu.
Sungguh tak pernah terfikir olehku kalau lelaki semacam Kawamaru ini dapat
bermain piano seindah tadi itu.
Selanjutnya kawamaru mengajakku memasak untuk makan siang. Dan
lagi-lagi aku dibuat terkesima dengan
ketrampilan Kawamaru. Kali ini ketrampilan memasaknya yang menjadi objek
ke-takjub-an ku. Aku saja yang perempuan tidak bisa memasak se-lincah dia.
“Hari ini,menu masakanku adalah Lasagna dan Fettucini” jelasnya
panjang lebar.
“Aku hanya memasak mie Ramen saja” jawabku minder.
“Ah..aku memang bodoh sekali, kenapa kemampuan memasakku tidak
seperti kawamaru. Padahal dia kan laki-laki” omelku pelan dan membawa mie
ramenku ke meja makan. Dengan malas aku mencicipi masakanku.
“Huekk..benar-benar tidak
enak” keluhku sebal. Kawamaru menarik mangkokku dan memakan masakanku. Sesaat
dia terdiam sebelum berekspresi.
“Enak..siapa bilang Ramen-mu tidak enak.” Ujarnya sambil
tersenyum.
“Kau menghiburku?”
“Tidak, ini benar-benar enak. Sungguh!” raut wajahnya terlihat begitu
serius.
Aku mengangguk senang”Terimakasih”
“Kau tidak ingin mencicipi masakanku?” tanyanya dan menyodorkkan
sepiring lasagna kehadapanku. Dari penampilannya yang mirip sekali dengan
lasagna yang biasa kulihat di restaurant aku dapat menyimpulkan kalau rasanya
pasti se-enak buatan chef-chef professional.
Dan benar saja, dari suapan pertama, rasanya sudah begitu menyenangkan lidah. Kawamaru
benar-benar pintar memasak.
“Kawamaru, masakanmu enak sekali” pujiku bersemangat.
“Yah, ini semua karena Konno yang selalu melatihku memasak.”
Mendengar
nama Konno aku jadi terharu. Hampir seluruh hidup Kawamaru di jalani bersama
Kak Konno sewaktu hidup. Tak terasa cairan bening yang bersarang di sudut
mataku meleleh bersama dengan rasa haru-ku yang begitu meluap.
“Hirayama, kau kenapa?” Kawamaru terlihat begitu panik melihat
aku yang tiba-tiba menangis.
“A..aku terharu mendengar cerita tentang kedekatanmu dengan kak
Konno” jawabku jujur.
Kawamaru menatap tajam mataku, tangannya menghapus air mata yang
mengalir di pipiku. Tiba-tiba dia memelukku yang tentu saja membuatku begitu
terkejut.
“Sebentar saja. Aku benar-benar tidak bisa membiarkan perempuan
sepertimu menangis.” Ujarnya tanpa ku tanya. Aku diam saja tak bergerak dalam
pelukan hangat Kawamaru. Dan hampir berteriak saat didepan kami telah berdiri
seorang lelaki separuh baya sedang mengawasi kami.
“Shin..” Panggilnya mengagetkan Kawamaru yang tidak menyadari
kehadirannya.
Kawamaru menoleh cepat. “Ayah.” Ujarnya dan melepaskanku dari
dekapannya. “Sejak kapan ayah berdiri di situ?” lanjutnya.
“Aku baru saja datang, lalu melihat kau memeluk wanita ini”
jawab ayahnya tersenyum. Kawamaru terlihat panik karena malu.
“A..ayah jang..”
“Sejak kapan kau mulai lagi
membawa teman wanita-mu kerumah ?” potong ayanhya menyela ucapan
Kawamaru. “Bukankah sejak Sakiko Konno meninggal, kau tidak pernah lagi membawa
teman wanitamu kesini” jelas Ayah Kawamaru panjang lebar. Sekilas tatapannya
tertuju padaku, dan terpaku sejenak saat melihat wajahku.
“Wah, kau cantik sekali. Pantas saja Shin mengajakmu kesini”
kata dia akhirnya lalu menepuk bahuku. Aku tersenyum kecil melihat tingkah Ayah
Kawamaru yang sifatnya tidak jauh berbeda dengan anaknya.
Sifatnya begitu hangat. Aku jadi teringat ayahku.
Dan berjuta kata ‘andai saja’ berseliweran di otakku.
Jam sudah berdentang 9 kali. Pertanda malam semakin larut.
“ Ah, sudah malam. Paman, Kawamaru aku pulang ya!” pamitku saat
mereka sedang asyik bermain catur.
Kawamaru menoleh. “aku antar” dia berdiri dan menarik tanganku.
Aku menggeleng. “Tidak usah, aku tidak mau merepotkanmu”
“Hirayama, ini sudah malam. Tidak baik perempuan jalan
malam-malam sendirian, di kompleks ini banyak lelaki hidung belang.!”Paman
kawamaru ikut memaksaku.
akhirnya aku pulang dengan diantar oleh kawa-kun.
“ terima kasih “ ucapku sesampainya didepan rumah. Dia tersenyum lembut, “sama-sama, aku juga berterimakasih untuk hari ini” .
akhirnya aku pulang dengan diantar oleh kawa-kun.
“ terima kasih “ ucapku sesampainya didepan rumah. Dia tersenyum lembut, “sama-sama, aku juga berterimakasih untuk hari ini” .
Tiba- tiba dia menarik lenganku dan memelukku. Karena begitu
terkejut aku hanya diam saja. Dinginnya angin malam terhalau oleh tubuh besar
kawa-kun, hangat sekali. Aku tak habis pikir kenapa aku diam saja bahkan merasa
nyaman di peluk olehnya, perlahan tangannya mengangkat wajahku, dan .... Oh
tidak.. dia menciumku. Aku bingung harus bersikap bagaimana. Suaraku tertahan
oleh kecupannya. Uurggh.... hatiku berusaha menolak, tapi bibirku enggan
melepaskan ciumannya. Bahkan aku terbawa suasana dan membalas ciumannya.
Apa yang aku pikirkan? Aku benar – benar tak bisa berpikir
jernih dan terus membiarkan dia menguasai bibirku. Ah ciuman yang sama sekali berbeda dengan ciuman
manis Inamoto san.
“ kawa-kun???,...” ujarku pelan ketika wajahnya sudah menjauh.
Tak menjawab, dia malah mengecup keningku.
“ aku pulang.” Kawamaru
membalik badan bersiap meninggalkanku.
Namun entah mengapa aku tak ingin ditinggalkannya, sehingga aku
menarik jaket yang dipakainya.
“ Bisakah kau bersamaku lebih lama lagi...?” ucapku lirih,
Kawamaru tak menoleh,
“ aku... ingin waktu bersamamu itu lebi...” Kawamaru berbalik
dan memelukku.
“ jangan katakan hal itu
pada pria lain ya” bisiknya di telingaku.
“ I..Iya..”
* * *
S
|
etelah kejadian didepan rumah waktu itu, hubunganku dengan
kawamaru menjadi lebih dekat. Seperti ada hubungan khusus yang menjadi rahasia
antara kami berdua. Meskipun begitu, aku belum bisa menetapkan apakah aku suka
padanya atau tidak. Hari ini, hari pertama libur musim panas dia mengajakku
pergi ke pantai di selatan kota kami.
“ persis seperti dugaanku, kau cantik sekali dengan pakaian
dariku itu” ujar Kawa-kun riang.
Ya, sepotong mini dress berwarna merah yang kupakai saat ini
adalah pemberian dari dia.
“terima kasih”ujarku tulus.
Kawamaru kun tersenyum sambil menyodorkan sekaleng minuman
dingin kearahku.
“ minumlah, kau terlihat sangat kehausan. Sampai bibirmu kering
” tangan lembutnya menyentuh ujung bibirku, yang tentu saja membuatku salah
tingkah.
“ mau ku obati rasa hausmu?” wajah kawa-kun mendekat pada
wajahku. Sepertinya aku tahu apa yang akan dilakukannya. Tiba-tiba ponselku berbunyi.
“ maaf “ aku menarik wajahku menjauhi wajahnya dan menjawab
panggilan di ponselku.
“ iya ibu, ada apa?”
“ cepat pulang kimi-chan”
jawab ibu dan segera menutup telfonnya.
* * *
A
|
lasan Ibu menelponku waktu itu adalah toko buku kami mengalami kebakaran
yang hebat. Tapi untung saja ibu tidak apa-apa. Meskipun demikian ibu sangat
terpukul dengan kejadian itu. Seluruh harta yang merupakan sumber penghidupan kami telah habis semua. Aku tak
tahu harus menyalahkan siapa dalam keadaan seperti ini. Aku? Ibu? Ayah? Orang
lain? Atau bahkan Tuhan?
Sekarang ibu juga lebih sering menyibukkan diri dengan membuat
sweater .
Tepat keesokan hari setelah kebakaran terjadi, inamoto datang
menemuiku dan meminta maaf atas kejadian selama ini. Tentang pengkhianatannya,
preman yang menggangguku waktu itu, sampai kebakaran toko bukuku kali ini.
Dia menceritakan yang
memicu semua peristiwa ini.
Ya , keluarga Inamoto menjodohkan Shu dengan putri seorang konglomerat kota ini,
Angel Yoshimura, gadis yang pernah kulihat sedang bersama Inamoto di toko kue.
Inamoto sudah menolaknya berulang kali, namun tetap saja ayahnya
memaksa.
Bukan hanya itu, Yoshimura juga melakukan berbagai macam cara
untuk membujuk Inamoto agar mau dijodohkan dengannya.
Dia mengancam, siapapun gadis yang dekat Inamoto akan di celakai
olehnya. Oh, mungkin itu alasan Inamoto menghinaku saat
ditoko kue waktu itu.
Ancaman pertama dia wujudkan dengan menyewa preman untuk
menggangguku saat itu.
Inamoto sudah berusaha untuk menuruti semua perintah yoshimura,
dan dia tidak lagi memikirkanku. Tapi tidak bisa, bahkan dia menemuiku dengan
berbagai macam alasan.
Bodoh, jadi waktu dia mengembalikan bukuku saat itu hanya sebuah
alasan saja agar bisa bertemu denganku?
Aku, selama ini tidak menyadarinya?
Saat inamoto berusaha berhenti mengikuti permainan Yoshimura dan
hendak kembali padaku, habislah toko bukuku dibakar oleh gadis gila itu.
“ sungguh, aku benar-benar minta maaf kimi!!” pintanya tulus.
“ yah, lupakan saja.” Jawabu berusaha tegar. Toh, seluruh
hartaku juga sudah habis.
“ orang tua-ku dan orang tua Yoshimura sudah mengetahui
semuanya. Tenang saja kami akan mengganti seluruh kerugianmu dan ibumu!”
Aku mengannguk, mungkin ini akan lebih baik.
“aku juga sudah terbebas dari perjodohan. Jadi bagaimana
hubungan kita selanjutnya? Inamoto tersenyum simpul hendak merayuku.
Aku terkejut mendengar ucapannya. Aku sungguh tidak bisa berkata apa-apa lagi.
“maaf, beri aku kesempatan untuk memikirkannya”
Pintaku akhirnya. Jujur saja aku senang mendengar ucapannya.
Tapi aku masih harus menceritakan ini pada Kawamaru kun.
* * *
“Kawamaru, bagaimana menurutmu?” tanyaku setelah menceritakan
semuanya pada Kawamaru.
“ aku?..” jawabnya gugup.
Aku mengangguk.
“ kenapa kau bertanya padaku?”
“Ah, kau ini. Aku ingin kau mengutarakan pendapatmu tentang ini
semua.”
“ Lalu bagaimana dengan perasaanku padamu?”
Kawamaru menghela napas.
Aku tekejut.
“Apa maksudmu Kawamaru?”
Kawamaru menatapku lekat-lekat dalam waktu lama. Sebelum
akhirnya mengangguk.
“ kurasa, kau harus menerimanya. Bukannya kau mencintainya.”
Jawabnya kemudian dengan senyum penuh semangat.
Aku tak mengerti dengan sikap kawamaru. Dia membuatku bingung.
“Tapi...?”
“Sudah, pergilah menemui inamoto” dia mengacak-acak rambutku masih dengan senyum
yang terlihat mengambang.
“ Pergilah,!!” lanjutnya dan meninggalkanku duduk mematung seorang diri di sudut taman ini.
“ Pergilah,!!” lanjutnya dan meninggalkanku duduk mematung seorang diri di sudut taman ini.
Air mata yang tak pernah ku duga tiba-tiba muncul dan
mengagetkanku.
Ada apa ini? Kenapa aku tidak senang mendengar jawaban Kawamaru
yang menyuruhku menerima Inamoto? Aku justru senang saat dia berkata” Lalu
bagaimana dengan perasaanku padamu?” sayang sekali dia tidak menjawab
pertanyaanku tentang maksud pertanyaannya itu.
Ah, sebenarnya apa yang sedang aku pikirkan.
Lalu, sekarang apa yang harus aku lakukan?
Aku berusaha untuk meyakinkan diriku bahwa aku memang mencintai
inamoto Shu. Dan melupakan perasaan anehku terhadap Kawamaru Shin.
Hari ini, Inamoto mengundangku ke acara Ulang tahunnya. Aku
bahkan tidak tahu kalau Inamoto berulang tahun hari ini.
Entah kenapa aku begitu ingin mengajak kawamaru untuk datang ke
acara nanti malam. Tanpa pikir panjang aku segera pergi kerumahnya.
“ Kawamaru kun.....!!!!”
teriakku sesampainya dirumah kawamaru.
“ Kimi chan?” panggil ayah kawamaru.
“ Ah , Paman. Maaf , aku ingin bertemu dengan Kawamaru Kun”
jawabku dan membungkukkan badan.
“Ah ya, untung saja kau kesini. Dari kemarin dia tidak keluar
kamar. Bisakah kau membujuknya untuk makan?” jawab paman Kawamaru panjang
lebar.
“ Dia kenapa?” tanyaku panik. Paman menggeleng dan memberiku
isyarat agar segera ke kamar Kawamaru.
“ Kawamaru.. kau kenapa?” tanyaku saat berhasil masuk ke
kamarnya. Dia menoleh, dari wajahnya terlihat jelas bahwa dia terkejut melihat
kedatanganku.
“Ah, Kimi. Aku tidak apa-apa, kenapa kau kesini? “
“ Sudahlah, jangan berbohong. Aku tahu kau sedang sakit!”
kulihat tangannya memegang boneka
pemberian kak Konno.
“ kau merindukannya?” tanyaku sambil terus menatap mata
Kawamaru.
Kawamaru menunduk sebelum akhirnya mengangguk.
“Jangan menunduk Kawamaru, tatap aku jika kau merindukan kak
Konno!” perintahku sedikit memaksa dan mengangkat dagu kawamaru shin.
“Jangan memaksaku Kimi. Aku
takut aku tidak bisa menahan diri lagi, sedangkan kau sekarang adalah milik
Inamoto Shu”
Hmmm, aku menghela nafas panjang. Disaat seperti ini seharusnya Kawamaru tidak
membahas Inamoto. Bukankah sekarang
yang sedang membutuhkanku adalah
dirinya? Kenapa masih harus memikirkan Inamoto.
Apa iya, aku tega mengajaknya pergi ke acara ulang tahun
Inamoto, sedangkan sekarang dia sedang sakit.
“ Kawamaru, sebenarnya aku ingin mengajakmu pergi ke acara ulang
tahun Shu” ujarku akhirnya.
Sebenarnya apa yang aku pikirkan? Kenapa mengajaknya? Apa aku
ingin membuatnya merasa cemburu. Aku bingung.
Kawamaru memicingkan mata mendengar ajakanku.
“ Tapi, kalau kau tidak mau, aku tidak akan memaksamu” kataku
cepat-cepat, khawatir kalau dia akan tersinggung.
“ Tenang saja, aku akan ikut denganmu” jawabnya tenang.
Sungguh tak ada alasan lain kenapa aku ingin kawamaru ikut
denganku selain karena aku berharap dapat terus bersamanya.
Aku ingin dia juga dapat merasakan kebahagiaanku yang akhirnya
dapat bersatu dengan Inamoto Shu, orang yang selama ini sangat aku cintai.
Pukul 8 malam, suasana halaman rumah Inamoto begitu ramai. Aku
datang kesini bersama Kawamaru, meskipun awalnya Shu mengomel tapi setelah aku
beri penjelasan dia mau memaklumi alasanku.
“ Hirayama?” seorang perempuan tua memakai gaun coklat
menghampiriku.
“Ah, ya “ jawabku kaku, sebab aku tidak pernah mengenal orang
ini sebelumnya.
“Aku Inamoto Kanami, neneknya Shu” ujarnya memperkenalkan diri.
“ Oh, perkenalkan aku...”
“ Oh, perkenalkan aku...”
“ Aku sudah tahu, Kau Hirayama Kimi kan? Kekasihnya Shu?”
tanyanya memotong ucapanku.
Aku mengangguk. Sementara aku bebincang-bincang dengan nenek,
Kawamaru hanya diam saja di sampingku. Wajahnya terlihat pucat, aku jadi merasa
bersalah sudah mengajaknya kesini padahal aku tahu kalau dia sedang sakit.
“YA, HADIRIN SEKALIAN. MALAM INI SEBENARNYA SAYA INGIN MELAMAR
SESEORANG...” terdengar suara lantang seseorang diatas podium. Saat ku toleh ternyata
itu adalah Inamoto Shu.
“HIRAYAMA KIMI, MAUKAH KAU MENIKAH DENGANKU?”
Aku terkejut mendengar ucapan Shu, dan tak tahu apa yang harus
aku lakukan. Bukan hanya aku yang terkejut, Kawamaru juga tampak terkejut namun
dia berusaha menutupi keterkejutannya dan mencoba tersenyum padaku. Belum
sempat aku menanyakan hal ini padanya, tanganku ditarik seseorang. Ya, Shu
menarikku keatas podium diiringi dengan tatapan tajam seluruh hadirin undangan.
Nenek dan juga ayah Shu juga berada diatas podium menunggu kedatanganku.
Dan sekali lagi dia mengucapkan “Menikahlah Denganku” dengan
mengulurkan kotak cincin padaku. Jujur aku yang saat ini seharusnya bahagia
justru meraskan suatu perasaan lain. Aku merasa risau, bingung dan sungkan.
Jauh di antara para undangan terlihat mata Kawamaru yang
menatapku dengan tajam seolah mengatakan “lakukan apa yang ingin kau lakukan”.
Entah apa yang ada dipikiranku saat ini, setelah melihat tatapan Kawamaru aku
mengambil Micrhopone dari tiangnya dan berkata dengan lantang “MAAF, TAPI AKU
TIDAK BISA. ADA SESEORANG YANG SAAT INI SANGAT BERARTI DALAM HIDUPKU. DIA ORANG
YANG SELALU MENDUKUNGKU MELEWATI MASA-MASA YANG SULIT. AKU MENYUKAINYA” .
* * *
Kawamaru masih belum sadar dari 2 jam pingsannya. Tepat saat aku turun
dari atas podium meninggalkan Inamoto dan menghampirinya, tiba-tiba saja dia
pingsan. Dari awal dia memang sudah terlihat pucat. Atas perbuatanku beberapa
jam yang lalu aku harus menerima konsekuensi yang sangat berat. Malu, malu pada
Inamoto, keluarganya dan semua tamu undangan. Aku merasa jadi orang yang tidak
bisa mensyukuri keadaan. Pasti seluruh orang kini menggunjingku. Tapi, biarlah
asal aku sudah bisa menentukan sikap atas perasaanku saat ini yang sesungguhnya
aku sudah merasa lega. Meskipun aku kehilangan Inamoto, aku tidak menyesal.
Karena sekarang aku akan mengejar cinta baruku, “Kawamaru”.
Dengan sabar ku temani Kawamaru di samping ranjang kamar rumah
sakit.
“Kimi,...” panggil kawamaru saat membuka matanya.
“ Kawa-Kun, kau sudah sadar?” tanyaku tak dapat menyembunyikan
kegembiraan.
“Maaf sudah membuatmu khawatir”ujar Kawamaru bangkit dari
tidurnya dan mengacak-acak rambutku.
Aku mengangguk” Tidak apa-apa, justru aku yang minta maaf karena
sudah mengajakmu ke Acara tadi” ucapku tulus.
“Padahal aku tahu kau sedang sakit.” Lanjutku.
Kawamaru tersenyum tipis.
“Tapi, kenapa kau menolak lamaran shu Inamoto tadi?” tanya
kawamaru penuh selidik.
“Oh” aku terperanjat mendengar pertanyaannya. Dia mendengar
ucapanku diatas podium tadi. Tidak mungkin kalau aku harus mengatakan jika aku
masih belum bisa menerima lamaran shu karena mencintai dirinya.
“Kawamaru, sepertinya aku harus pulang. Ini sudah malam sekali”
pamitku mengalihkan pembicaraan, padahal sebenarnya aku tidak ingin
meninggalkan dia.
Namun kawamaru menarik lenganku saat aku akan melangkah
meninggalkan kamar.
“ kau belum menjawab pertanyaanku” Ujarnya datar.
Aku masih belum bisa menemukan alasan yang tepat untuk
membohongi kawamaru, tapi aku juga tidak ingin mengatakan yang sesungguhnya
pada dia. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?
“Apa kau tidak menyukai Inamoto Shu lagi?” tanyanya penuh
selidik.
Aku mengangguk pelan. “ Iya, kurasa aku tidak akan bahagia kalau
menikah dengan orang yang tidak aku sukai” jelasku panjang lebar.
“ Apa kau menyukai seseorang” tanyanya lagi.
“ Ah, sudahlah. Jangan membahas masalah ini lagi. Sebaiknya kau
cepat tidur, aku akan segera pulang” Kubenarkan letak selimut Kawamaru yang
hanya menutupi kakinya saja.
“Besok aku akan kesini lagi” kataku dan cepat-cepat pergi, takut
kalau Kawamaru akan mencegahku lagi. Bisa gawat kalau aku harus terus-terusan
terjebak bersamanya, nanti dia akan terus mendesakku mengatakan siapa orang
yang aku sukai.
Keesokan harinya aku benar-benar dikejutkan dengan kedatangan
Inamoto kerumahku.
“ Aku benar-benar minta maaf Shu” ucapku memulai pembicaraan.
Inamoto tersenyum lebar. “ Sudahlah, kau tidak perlu merasa
bersalah seperti ini. Aku tidak apa-apa. Percayalah .”jawabnya dengan penuh
lapang dada. Melihat sikapnya yang seperti ini aku jadi semakin merasa tidak
enak.
Aku tak tahu harus mengatakan apa mendengar jawaban Shu yang
seperti ini, apa dia memang tidak apa-apa. Atau dia hanya berpura-pura?
“Sebenarnya, semalam aku benar-benar terpukul menerima penolakan
darimu. Tapi aku tahu, saat ini kau sudah tidak mencintaiku lagi” jari indahnya
membenarkan letak kacamatanya.
“ Iya, kau benar. Aku benar-benar minta maaf” kata maaf meluncur
lagi dari mulutku, entah sudah yang ke berapa kali.
“ Kimi, aku tidak ingin mendengar kau mengatakan kata maaf lagi.
Tidak ada yang perlu di maafkan, karena kau tidak bersalah.”
Iya akhirnya aku tidak mengatakan maaf lagi, namun air mata ku
menetes terus-menerus sebagai ganti kata maaf dari mulutku.
“ Hey, kenapa menangis?”
Aku hanya menggeleng sambil menutup muka dengan kedua tanganku.
“Aku benar-benar minta maaf Shu...... hiks” ucapku dengan
terisak-isak.
“ Sudah-sudah, aku kesini bukan untuk membuatmu menangis. Aku
hanya ingin mendukungmu mengejar orang yang kau sukai” Aku benar-benar tidak
tahan, ucapan Shu justru membuat dadaku terasa sesak. Aku menangis
sejadi-jadinya saat Shu memelukku.
“ Shu, maafkan aku ya” ucapku dari balik dekapannya.
Shu mengangkat wajahku dan mengusap air mataku.
“ Aku akan membantumu mendapatkan cinta Kawamaru” Shu melepas
pelukannya.
Hah.. ?? aku terkejut mendengar ucapannya.
Darimana dia tahu kalau orang yang kusukai adalah Kawamaru.
“ Shu??,..”
“Jangan kaget seperti itu, aku tahu kalau kau menyukai dia. Dari
caramu memperlakukan dia saat dia pingsan semalam. Kau juga telihat begitu
panik “ jawabnya tersenyum jahil.
“ mulai sekarang, panggil aku Shu-chan?” lanjutnya.
“Ah.?” Kalau dia sudah
bisa tersenyum jahil, berarti sudah tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan.
“Kau tidak ingin memelukku lagi?”
“Iya, ...” jawabku senang dan kembali memeluknya..
* * *
“Kawamaru, aku datang.” Teriakku saat datang mengunjungi
kawamaru.
“ Kimi. ??”
“Apa kau sekarang sudah lebih baik?” tanyaku antusias.
Kawamaru mengangguk ” Iya”
Aku tersenyum berusaha mencairkan ketegangan yang sedang aku
rasakan .
“ Jadi, hari ini aku sudah boleh pulang” Ucap kawamaru dan
bangun dari tempat tidurnya.
“ Ah, Begitu? Syukurlah. Apa ada yang bisa ku bantu?”
Kawamaru tersenyum lebar, “ Tentu saja! Kau harus membantuku
beres-beres dan mengantarku pulang kerumah!”
“Tanpa kau minta-pun aku akan melakukan itu semua.” Segera ku
bantu Kawamaru turun dari tempat tidur dan membantunya beres-beres.
Dengan alasan macam-macam, Kawamaru mengajakku naik kereta. Dia
enggan membawa mobil karena tubuhnya masih lemah.
Yah, karena hari ini hari libur, jadi keretanya penuh sekali.
Terpaksa aku dan Kawamaru harus berdiri. Ah, menyebalkan sekali, selain
berdesak-desakan aku juga harus membawa barang-barang Kawamaru. Kawamaru yang
berdiri disampingku tampak pucat, apa jangan-jangan dia sakit lagi?
“Kawamaru? Kau sakit lagi?” tanyaku khawatir.
Dia menggeleng lemah dan meraih tas nya dari tanganku.
“ Biar ku bawa, kau pasti lelah” ucapnya dengan sedikit senyum.
“ Biar ku bawa, kau pasti lelah” ucapnya dengan sedikit senyum.
“Tidak apa-apa” jawabku
dan berusaha mempertahankan tas berisi beberapa pakaian Kawamaru itu.
Karena kuatnya tarikan Kawamaru, saat tas itu terlepas dari
tanganku aku sampai kehilangan keseimbangan dan mundur beberapa langkah
kebelakang hingga tubuhku bersandar di pintu keluar kereta. Sialnya pada saat
bersamaan kereta tiba di stasiun baru dan pintu terbuka.
“ Huwaaa.......!!!!!” teriakku saat tubuhku hampir terjatuh dari kereta kalau saja Kawamaru
tidak segera menolongku.
Dia meraih tanganku dan memelukku. Aduh, malu sekali rasanya
saat semua orang melihat kearahku akibat kecerobohanku yang terjadi
barusan. Untung saja Kawamaru segera
menarikku ketempat duduk yang sudah kosong karena penumpangnya sudah turun.
“ Kau tidak apa-apa?” tanyanya setelah berhasil membawaku menghindar
dari tatapan Penumpang lainnya.
Aku menggeleng “ Aku tidak apa-apa” jawabku masih dengan wajah
tegang. Aku tidak bisa membayangkan kalau aku sampai terjatuh dari kereta apa
yang akan terjadi?
“ Terima kasih” Lanjutku.
Kawamaru tersenyum lebar.
“ Ekspressi wajahmu tadi lucu sekali”
Mendengar ucapannya langsung saja aku tertawa. “ Mungkin kau
benar”
Tiba-tiba Kawamaru menyandarkan kepalanya di bahuku.
“ Aku lelah, pinjam bahunya sebentar ya!” ujarnya dengan wajah
yang masih terlihat pucat.
“ Boleh” jawabku cepat.
Tak berapa lama kemudian kudengar dengkur lembut dan nafasnya
yang teratur, manandakan kalau dia sudah terlelap dalam tidurnya.
Kulirik Kawamaru yang
sedang tertidur, wajahnya terlihat begitu lembut meskipun sedikit agak pucat.
Kalau saja waktu dapat berhenti sebentar saja, aku ingin terus
memandang Kawamaru yang seperti ini. Beruntung sekali kak Konno yang bisa
mendapatkan cinta tulus Kawamaru. Tidak seperti aku, yang hanya jadi pelarian
Kawamaru saat sedang merindukan kak Konno. Padahal aku menginginkan yang lebih
dari ini. Aku ingin Kawamaru memperlakukan aku sebagai Kimi, bukannya sebagai
Sakiko. Mungkin saja selama ini dia selalu berbuat baik padaku karena wajahku
yang mirip dengan Kak Konno.
Ah, sudahlah aku tidak ingin memikirkan hal menyakitkan seperti
itu. Yang penting saat ini aku harus bisa membuktikan pada Kawamaru kalau aku
memang pantas di Perhatikan sebagai diriku sendiri. Pasti, aku akan dapat
membuktikannya. 30 menit setelah insiden kecil dalam kereta tadi, aku sudah
sampai mengantar Kawamaru ke rumahnya.
“ Cepat masuk, aku akan segera pulang” ujarku dan mendorong
tubuh Kawamaru masuk kedalam rumahnya.
“ Sampai be..” belum sempat aku mengucapkan salam, dia menarikku
masuk kedalam rumahnya.
“ Kau, tega meninggalkan aku sendirian di sini?” ucapnya dengan
wajah menghiba.
“ Kau tidak sendirian, ada ayahmu” Sergahku atas ucapannya barusan.
“ Tidak mau. Aku hanya ingin kau yang menemaniku” ujarnya dengan
wajah polos.
Kalau sudah begini, menolak 1000 kali pun, Kawamaru akan tetap memaksaku.
Jadi lebih baik, aku turuti saja kemauan pria kurus di depanku ini. Daripada
berdebat terlalu lama, lagipula sebenarnya aku juga tidak keberatan.
“ Baiklah tuan” jawabku
sambil menarik tangan panjang Kawamaru ke kamarnya.
“ Silahkan tidur, aku akan memasak makan malam dulu” kulempar
tubuh Kawamaru ke atas tempat tidurnya dan bergegas meninggalkannya ke dapur.
“ Tunggu” teriak Kawamaru
mengejarku ke dapur.
“ Ada apa lagi?” tanyaku kesal.
“Biarkan aku membantumu” Kawamaru mulai mengeluarkan bahan-bahan
masakan dari dalam lemari Es. Cekatan sekali dia. Jadi sekarang ceritanya bukan
aku yang di bantu Kawamaru, tapi sebaliknya aku yang membantu kawamaru.
“ Kimi! Tolong ambilkan Nori di lemari atas” perintahnya sambil menunjuk lemari diatas kapalaku. Hah ?? yang benar saja? Lemari setinggi itu apa mungkin bisa kujangkau dengan tanganku. Terpaksa aku mengambil kursi kayu yang terletak di Bar mini di samping Ruang Tatami Keluarga dan menggunakannya sebagai pijakan. Belum sempat tanganku meraih apa yang dimaksud Kawamaru, Kursi yang aku injak oleng. Dalam hitungan detik tubuhku berhasil jatuh ke lantai. Tapi tunggu dulu, kenapa tubuhku tidak sakit meskipun jatuh ke lantai? Dan ternyata yang membuatku tidak merasa kesakitan adalah dada bidang Kawamaru yang berusaha menyelamatkanku. Aduh, tiba-tiba saja jantungku bedetak cepat sekali saat mataku bertemu pandang dengan mata Kawamaru. Terlebih lagi saat Kawamaru mempererat dekapannya. Aku semakin sulit bernafas. Ahh, rasanya seperti mau pingsan saja ketika nafas lembut Kawamaru menerpa rambutku. Cukup kawamaru, hentikan semua ini. Lepaskan aku dan biarkan aku bernafas dengan lega. Kata-kata itu hanya sanggup ku ucapkan dalam hati saja karena mulutku tak mampu mengucapkannya.
“ Kimi! Tolong ambilkan Nori di lemari atas” perintahnya sambil menunjuk lemari diatas kapalaku. Hah ?? yang benar saja? Lemari setinggi itu apa mungkin bisa kujangkau dengan tanganku. Terpaksa aku mengambil kursi kayu yang terletak di Bar mini di samping Ruang Tatami Keluarga dan menggunakannya sebagai pijakan. Belum sempat tanganku meraih apa yang dimaksud Kawamaru, Kursi yang aku injak oleng. Dalam hitungan detik tubuhku berhasil jatuh ke lantai. Tapi tunggu dulu, kenapa tubuhku tidak sakit meskipun jatuh ke lantai? Dan ternyata yang membuatku tidak merasa kesakitan adalah dada bidang Kawamaru yang berusaha menyelamatkanku. Aduh, tiba-tiba saja jantungku bedetak cepat sekali saat mataku bertemu pandang dengan mata Kawamaru. Terlebih lagi saat Kawamaru mempererat dekapannya. Aku semakin sulit bernafas. Ahh, rasanya seperti mau pingsan saja ketika nafas lembut Kawamaru menerpa rambutku. Cukup kawamaru, hentikan semua ini. Lepaskan aku dan biarkan aku bernafas dengan lega. Kata-kata itu hanya sanggup ku ucapkan dalam hati saja karena mulutku tak mampu mengucapkannya.
“kimi” panggilnya pelan
“ ya” jawabku gugup.
“ Berjanjilah untuk tidak bersikap semanis ini pada pria lain!”
ucapnya dengan wajah serius. Aku terkejut mendengar ucapan tegas Kawamaru
barusan. Apa maksudnya? Sudahlah, aku tidak ingin terlalu pusing memikirkan
ucapan orang yang sedang sakit. Lebih baik aku turuti saja ucapannya. “ Asal
kau juga berjanji untuk tidak bersikap seperti ini pada wanita lain” jawabku .
Kawaru tersenyum sebelum akhirnya mengangguk mantap. Sebentar
saja, aku ingin selalu mencium wangi ini, wangi tubuh Kawamaru yang tidak akan
pernah bisa aku lupakan bahkan oleh wangi tubuh Joong il woo sekalipun.
Aku tak peduli, apapun alasan Kawamaru bersikap seperti ini
padaku. Asal aku dapat terus bersamanya aku sudah senang sekali.
Kawamaru berusaha bangun dan melepas dekapannya, tapi aku justru
mencegahnya dan balik memeluknya.Entah apa yang sedang ada dalam pikiranku saat
itu. Sehingga aku bertingkah konyol seperti itu.
Kawamaru tampak terkejut dengan sikapku. Tapi itu hanya sebentar
saja, karena selanjutnya dia mengurungkan niatnya melepaskan aku dari dekapan
hangatnya dan semakin mempererat pelukannya.
* * *
M
|
alam ini aku harus menjaga toko karena ibuku sedang pergi ke
Mokpo.
Aku terkejut saat Ponselku berdering berulang kali dari dalam
tas yang aku letakkan diatas meja kasir di.
Ternyata Kawamaru mengirimiku pesan agar aku segera datang
kerumahnya.
20 menit kemudian aku sampai dirumah Kawamaru dengan terburu-buru.
“ Ada apa kau menyuruhku kesini?.” Tanyaku penasaran.
Tanpa menjawab pertanyaanku Kawamaru menarik tanganku menuju
atap gedung yang dulu pernah aku datangi bersamanya. Tapi suasana kali ini
terlihat berbeda. Sebuah meja dengan 2 kursi tertata rapi ditengah tempat ini
dan beberapa lilin kecil yang berjajar rapi di sekelilingnya.
Aku tertegun sejenak, memikirkan apa tujuan Kawamaru membawaku
ke tempat seperti ini.
“ Duduklah!” suruhnya sambil menggeserkan sebuah kursi untukku.
Aku yang benar-benar merasa heran dengan ini semua hanya diam
saja, tak tahu harus berbicara apa pada lelaki di hadapanku ini.
“ Jangan heran seperti itu Kimi. Malam ini adalah malam ulang
tahun Sakiko Konno” ucapnya dengan wajah ceria.
“ Lalu?” tanyaku datar, karena masih belum mengerti maksud
Kawamaru.
“ Dulu, Konno selalu kuajak kesini saat ulang tahunnya. Dengan
suasana romantis seperti malam ini”
“Oh” jawabku kecewa. Aku pikir, acara malam ini tidak ada
sangkut pautnya dengan Sakiko Konno. Tapi ternyata aku salah. Dia mengajakku
kesini karena ingin mengulang kembali kenangannya bersama konno. Ingin sekali
aku berkata pada dia kalau aku tidak ingin dianggap sebagai Konno, aku ingin
dia menganggapku sebagai diriku sendiri. Tapi melihat raut wajahnya yang begitu
berharap, aku jadi tidak mampu mengatakan apa yang sebenarnya aku inginkan.
Terlebih saat dia mengajakku merebahkan tubuh diatas tikar untuk melihat bintang-bintang yang
berhamburan dihitamnya langit malam.
Ahh, indah sekali.
“ Mungkin saja konno berada diantara salah satu bintang-bintang
itu” Ujarnya dengan tatapan mata tertuju pada kerumunan bintang.
“ Pasti, dia pasti akan tersenyum melihatmu yang begitu
mencintainya.” Jawabku tanpa menoleh pada Kawamaru.
“ bukan karena itu, tapi dia senang karena melihat aku
bersamamu”
Aku terkejut saat Kawamaru tiba-tiba menyentuh tanganku.
Jari-jari lembutnya terasa sangat dingin. Untuk beberapa saat kami terdiam,
larut dalam pikiran kami masing-masing.
Mendadak bintang-bintang yang tadi bersinar dengan terangnya
berangsur-angsur hilang tertutup mendung. Hingga akhirnya mendung-mendung itu
berhasil membawa titik-titik air yang berjatuhan dengan riangnya.
Tentu saja aku dan Kawamaru terkejut dengan kehadiran hujan yang
tak kami harapkan kehadirannya. Aku bangun dan berusaha menarik tangan Kawamaru
yang sepertinya enggan bergeming dari tempatnya.
“ Ayo bangun Kawamaru” teriakku melawan derasnya suara hujan
sambil tetap berusaha menariknya. Namun Kawamaru justru menarik tanganku hingga
aku jatuh kepadanya.
“ Kawamaru, apa yang kau lakukan?” tanyaku kaget dan menghindar
saat Kawamaru berusaha menciumku. Entah kenapa kali ini aku yang biasanya diam
saja saat di cium Kawamaru berusaha menolaknya. Sementara Kawamaru terlihat
kaget melihat penolakanku.
“ Ma’af. Aku tidak bisa menahan diri.” Kawamaru membantuku
berdiri dan menarik tanganku untuk segera masuk ke dalam rumah.
Meskipun hanya sebentar, namun hujan itu sukses membuat aku dan
Kawamaru basah kuyup. Ditambah lagi dengan rasa dingin yang muncul karena
basahnya baju kami. Aku benar-benar menggigil. Sedangkan Kawamaru masuk
sebentar ke kamarnya dan kembali dengan membawa handuk beserta sepasang baju.
“ Keringkan tubuhmu, lalu ganti bajumu. Mungkin terlalu besar,
tapi itu sudah ukuran paling kecil yang aku punya.” Ucapnya dingin dan
menyodorkan barang yang dibawanya. Aku menuruti perintahnya dan pergi kekamar
mandi untuk ganti baju. Sebuah kemeja putih lengan panjang serta celana panjang
yang begitu kedodoran saat ku kenakan ini pasti milik Kawamaru.
Meskipun kebesaran, tapi tak apalah daripada nanti aku mati
karena kedinginan.
Kawamaru menungguku di Ruang tatami keluarga. Kelihatannya dia
sudah ganti baju. Tubuh kurusnya kini terbalut sweater berwarna hijau terang
sementara kaki panjangnya terlihat begitu indah karena dia hanya mengenakan
celana sebatas bawah lutut saja. Pandangannya menatap hujan diluar jendela
dengan raut wajah sendu. Saking sendunya, hingga dia tak menoleh saat aku duduk
disampingnya.
“ Kawamaru? Kau kenapa?” tanyaku hati-hati, takut kalau suaraku
dapat mengagetkan dia.
Dia menoleh sebentar dan menyodorkan secangkir coklat panas yang
baru saja di teguknya padaku sebelum akhirnya kembali menatap air hujan yang
mengalir di luar jendela.
“ Tidak apa-apa” jawabnya
dengan sedikit senyum.
“ Jangan berbohong, aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu.”
“ Kau benar, aku sedang memikirkanmu.” Jawabnya menoleh padaku.
Aku menaikkan alisku “ Aku?” tanyaku heran. Kawamaru mengangguk
“ Iya. Kenapa tiba-tiba saja kau tidak mau kucium.” Ujarnya dengan suara manja.
Aku menggeleng. “ Siapa bilang, lihatlah aku akan menciummu”
kuraih secangkir coklat panas yang tadi disodorkan Kawamaru lalu ku minum tepat
di tempat bekas dia minum tadi.
Kawamaru mengerutkan keningnya. Dan mata kecilnya seolah-olah
berkata “ mana, katanya kau mau menciumku?”
“ Sudah kan? Kita sudah ciuman tidak langsung” ujarku dan
tertawa terbahak-bahak karena puas mengerjai Kawamaru.
Tawaku terhenti saat Kawamaru menarik leher belakangku. “ Kau
curang. Bukan itu yang aku mau, tapi ini..” bisiknya kemudian mencium lembut
bibirku. Aku dapat merasakan manisnya coklat yang masih menempel di bibirnya.
Manis sekali, hingga aku tak sanggup untuk membiarkan manis itu menghilang
begitu saja. Walaupun sebenarnya aku tidak ingin ciuman ini terjadi. Sudahlah,
ini terakhir kalinya aku membantu Kawamaru melampiaskan rasa rindunya pada kak
Konno. Karena setelah ini aku akan membuat Kawamaru sadar kalau aku bukan kak
Konno. Kasihan jika dia terus-terusan hidup dalam bayangan masa lalu. Dia
seperti hidup dalam imajinasi bahwa pacarnya itu masih ada di sisinya.Karena
Dia terlalu menganggapku sebagai kak Konno. Jadi satu-satunya jalan agar
Kawamaru bisa berhenti berimajinasi adalah membantunya menemukan cinta baru
yang dapat membuat imajinasinya lenyap.
Ya, untuk kali ini aku harus membuang ke-egoisanku dan
membiarkan Kawamaru mencintai orang lain. Walaupun sebenarnya aku sangat
mencintainya. Tapi jika cinta ini hanya dapat menyakiti Kawamaru, apa boleh
buat? Aku akan membuangnya jauh-jauh.
“ Kawamaru?” panggilku saat dia sudah berhenti menciumku dan
memelukku dalam dekapan hangatnya.
“ ya?” jawabnya dengan suara yang terdengar lembut. Dari sini
Aku dapat mendengar detak jantungnya, desah nafasnya, dan hangat serta harum
tubuh yang begitu ku gilai. Rasanya aku ingin terus berada dalam rengkuhan
tangan panjang ini. Meskipun udara terasa sangat dingin, namun tubuh kurus
Kawamaru dapat menghalau rasa dingin yang menyerang tubuhku ini.
“Aku menyukai saat-saat seperti ini Kawamaru, saat hangat
tubuhmu menyalur ke tubuhku.” Ujarku sambil membenamkan wajahku ke dada
bidangnya. Sekali ini saja aku ingin manja padanya, sebelum aku harus
membiarkan semua tentang Kawamaru menjadi milik wanita lain.
Kawamaru mempererat dekapannya.
“ Aku juga suka saat-saat seperti ini. Saat kau bersikap manja
padaku.” Ucapnya serius.
Aku tersenyum mendengar ucapannya. Saking nyamannya pelukan
Kawamaru, aku sampai tertidur dalam dekapannya.
Saat aku membuka mata aku benar-benar terkejut karena hari sudah
pagi.
“Kau sudah bangun?” Kawamaru membuka pintu lalu masuk kedalam kamar dan menyapaku.
Aku mengangguk dan menanyakan kenapa Kawamaru tidak
membangunkanku lalu mengantarku pulang. Ternyata aku tidur terlalu lelap ,
sehinnga Kawamaru tidak berani membangunkanku. Dia hanya memindahkanku ke kamar
ini.
“ Cepat cuci muka, aku sudah memasak sarapan. Ayah menunggu di
meja makan.” Perintahnya padaku.
Aku bergegas mencuci muka dan pergi ke meja makan sesuai dengan
perintah Kawamaru.
“ Maaf ya Hirayama, tadi malam Shin tidak mengantarmu pulang.
Habisnya kau tidur terlalu pulas.” Ujar Ayah Kawamaru dan menyilahkanku makan.
Aku mengangguk “ Tidak apa-apa paman. Justru aku yang minta maaf
karena sudah merepotkan paman dan Shin-chan.” Jawabku sambil tersenyum.
Ah, Ayah Kawamaru sikapnya begitu hangat. Aku benar-benar
menyukai orang ini karena sikapnya begitu mirip dengan ayahku. Aku jadi kembali
teringat pada ayahku.
“Kalau begitu, Aku berangkat dulu. Shin nanti antar Hirayama
pulang!” Ayah Kawamaru beranjak dari kursinya dan meninggalkan aku dengan
Kawamaru.
“ Kawa-kun, hari ini teman-temanku mengadakan kencan buta. Dan
mereka mengajakku.” Kataku dan terus memandang Kawamaru yang tengah
menghabiskan ramennya. Mendengar ucapanku, Kawamaru menghentikan makannya.
“ Kau mau ikut?” tanyanya penasaran.
“Iya.” Aku mengangguk pelan.
“ Apa kau sudah melupakan orang yang membuatmu menolak lamaran
Shu Inamoto?”
Aku terkejut mendengar pertanyaan yang sama sekali tak ku duga.
“ I..iya. Habisnya dia tidak mencintaiku. Dia hanya menganggapku
sebagai pelampiasan saja karena dia ditinggalkan kekasihnya.”
Kawamaru terbelalak. “ Siapa dia? Kupikir selama ini kau
menyukaiku.” Ucapnya kecewa sambil mengunyah makanan dalam mulutnya.
Aduh, aku harus berbohong. “ Dia temanku satu kampus.” Jawabku
tanpa berani memandang mata Kawamaru. Aku takut kebohonganku akan terbongkar
kalau dia menatap mataku.
“ Kau sungguh-sungguh?” tanyanya dengan tatapan mata tajam.
Aku mengangguk lagi. “ Sebenarnya, teman-temanku menyuruhku
mengajak seorang teman pria. Karena pesertanya kurang satu orang lelaki.” Aku
memberanikan diri menatap Kawamaru yang terlihat begitu kecewa. “ Aku ingin
mengajakmu Kawa-kun.” Lanjutku kemudian.
Kawamaru menghela nafas dalam-dalam dan menutup wajah dengan
kedua tangannya sebelum akhirnya mengangguk.” Ya, apapun mau-mu akan aku
turuti.” Jawabnya dengan nada putus asa.
Akhirnya sesuai dengan rencana. Tepat pukul 5 sore aku dan
Kawamaru datang ke kedai kopi dimana
acara kencan buta akan dilaksanakan.
“ Perkenalkan, ini Kawamaru Shin... temanku” ucapku mengenalkan Kawamaru
pada teman-temanku. Aku mendorong Kawamaru agar mau duduk di samping temanku,
Yuki Sachi.
Sementara aku memilih duduk di samping Sakura Higashiyama dan
Yoko Takasashi. Mereka adalah teman satu kampusku.
“ Wah, tampan sekali temanmu itu?” Yoko berbisik di telingaku.
Aku tersenyum tipis. “ Ah, kau ini. Bukankah setiap melihat
lelaki kau selalu menganggap mereka tampan.” Jawabku dengan sedikit gurauan.
“ Yoko benar Kimi, Kawamaru itu tampan. Sayang sekali kau sudah
memberikannya pada Yuki.” Ujar Sakura
dengan nada kecewa.
“ Bukankah, disana masih ada teman-teman Yuki” kataku dan
menunjuk 3 pria yang duduk di seberang meja. Merasa kami bicarakan, mereka
menghampiri kami. Tak berapa lama setelah perkenalan, kami sudah bisa mengobrol
akrab dengan mereka..
Aku juga sempat melirik Kawamaru yang tampak bahagia mengobrol
dengan Yuki. Sesekali mereka tertawa bersama. Ah, mereka seperti sepasang
kekasih saja. Aku turut senang melihatnya, karena rencanaku berhasil.
Yoko juga terlihat begitu senang mengobrol dengan pria yang bernama
Satoru Masako. Sedangkan Sakura asyik tertawa bersama Eitaro Nakagawa. Melihat
aku seorang diri, Yu Morisaki menghampiriku dan mengajakku mengobrol. Lelaki
berwajah tirus ini menyenangkan sekali, selain periang dia juga bisa membuatku
merasa tidak bosan berada di tempat ini.
Hingga akhirnya Aku terpaksa menerima tawarannya untuk
mengantarku pulang agar Kawamaru bisa mengantar Yuki pulang.
“ Kawamaru, malam ini kau tidak usah mengantarku.” Ujarku saat
kami semua keluar dari kedai.
Kawamaru yang berjalan didepanku menghentikan langkahnya.
“ Kenapa?” tanyanya dan menarik lenganku.
“Morisaki akan mengantarku pulang.” Aku melepas tangan Kawamaru yang menarik
lenganku. “ Lebih baik kau mengantarkan Yuki saja.” Lanjutku dengan senyuman
yang kubuat se ceria mungkin.
Kawamaru menghela nafas panjang. Aku menarik Kawamaru dan
membisikkan sesuatu di telinganya. “ Berjuanglah mendapatkan cinta Yuki. Dia
perempuan yang begitu istimewa”. Bisikku dengan penuh semangat. Morisaki segera
menarik tanganku dan membawaku kedalam mobilnya.
30 menit kemudian, kami sudah sampai dirumahku.
“ Terimakasih sudah mengantarku pulang.” Ucapku saat Morisaki
membukakan pintu mobilnya untukku.
Tiba-tiba saja Morisaki memeluk tubuhku dan berusaha menciumku.
“ Morisaki, tolong lepaskan aku.” Pintaku berusaha melepaskan
diri dari cengkeraman kuat Morisaki. Namun Morisaki terlalu kuat untuk kulawan,
aku gagal melepaskan cengkeramannya. Sementara dia terus mendekatkan wajahnya
padaku. Ya Tuhan, jangan biarkan dia menciumku doaku dalam hati. Tetapi Ketika
wajah itu begitu dekat padaku, ada yang menarik Morisaki hingga jatuh ke
belakang.
Kawamaru???...
Dia yang menarik tubuh Morisaki menjauhi tubuhku barusan.
“ Kawamaru? Apa yang kau lakukan?” tanyaku dengan suara keras.
“ Tidak ada yang boleh mencium-mu selain aku.” Jawabnya dan
membantu Morisaki bangun.
“ Maaf ya. Dia milikku, jadi carilah wanita yang lain jika kau
ingin mencium.” Ujarnya menyalami Morisaki, lalu meyilahkan Morisaki pulang.
“ Ya Tuhan, apa yang kau lakukan Kawamaru?” aku menghela nafas. “
Baru saja aku akan mendapatkan Kekasih. Kau malah merusaknya dengan mengatakan
hal konyol seperti itu.”.
Apa sebenarnya yang ada
difikiran Kawamaru saat ini. Kenapa dia harus berkata bohong pada Morisaki.
Bukankah antara aku dan dia tidak ada apa-apa.
“ Sudahlah. Aku pulang.” Kawamaru mencium keningku sebelum masuk
kedalam mobilnya. Ah, anak itu benar-benar bodoh.
* * *
Hari ini Yuki datang ke Toko-ku. Padahal selama menjadi temanku
dia tidak pernah datang ke Toko. Biasanya Kalau ingin bertemu denganku pasti
dia akan datang kerumah langsung. Tapi hari ini ada angin apa ya?.
“ Aku ingin minta nomor telepon dan alamat Kawamaru Shin.”
Ucapnya malu-malu.
Aku tersenyum mendengar alasannya datang kesini ternyata hanya
untuk hal itu.
“Memangnya semalam waktu dia mengantarmu pulang kau tidak meminta langsung pada orangnya?”
Yuki menggeleng. “ Dia tidak jadi mengantarku pulang, katanya
ada urusan mendadak dan begitu penting. Jadi dia pulang lebih dulu.”
Hah?. Padahal semalam kan dia datang kerumah? Ah, aku semakin
bingung dengan sikap aneh kawamaru.
“ Pergilah sekarang, dia pasti senang kau datang kerumahnya.”
Saranku setelah menuliskan alamat rumah Kawamaru untuk Yuki.
“ Nah, itu masalahnya. Aku ingin kau mengantarku.” Pinta Yuki
dengan wajah begitu memohon.
“ hah? Kau kan bisa pergi sendiri.”
“ Aduh Kimi, kau tahu kan? Aku ini pemalu. Jadi kumohon bantulah
aku sekali ini saja.”
Akhirnya, wajah memelasnya Yuki berhasil merayuku dan mengantar
Yuki kerumah Kawamaru.
Aku berusaha untuk terlihat ceria saat melihat Kawamaru asyik
bersenda gurau dengan Yuki.
“ Hey, Kawamaru. Kau bisa bermain piano ya?” tanya Yuki saat
melihat Piano kebanggaan Kawamaru di sudut ruangan ini.
Kawamaru mengangguk.
“ Maukah kau memainkannya untukku?” rengek Yuki dengan manjanya.
Aku yakin, tidak akan ada seorangpun yang akan menolak permintaan Yuki karena
wajahnya yang begitu cantik dan polos.
Begitu juga dengan Kawamaru, dia tidak menolak permintaan Yuki
kali ini.
Akhirnya,jari-jari yang begitu ku kagumi itu menekan tuts-tuts
piano Dengan lembut untuk Yuki. Aku, aku.. kenapa aku merasa tidak rela saat
Kawamaru memainkan pianonya itu untuk Yuki. Apa yang aku pikirkan? Bukankah
seharusnya aku senang, karena kisah cinta Kawamaru ada kemajuan.?
Namun rasa tidak rela ini muncul lagi saat Kawamaru membuatkan
sushi untuk Yuki, saat Kawamaru tersenyum pada Yuki, saat Kawamaru
memperhatikan Yuki, juga saat Kawamaru memeluk Yuki. Aku sudah berusaha
menghilangkan perasaan ini, tapi tidak bisa. Aku tidak bisa memungkiri bahwa
aku benar-benar tidak bisa melepaskan Kawamaru untuk Yuki.
Untuk menghibur diri, aku menghindar dari mereka dan pergi ke
atap rumah Kawamaru. Berharap agar angin musim gugur ini dapat menghilangkan rasa kesalku. Tapi
tetap saja, rasa kesal ini tidak mau hilang.” Kalau begini terus, mungkin lebih
baik aku pulang saja.” Ucapku dalam hati dan bergegas masuk ke dalam rumah
Kawamaru. Baru saja aku hendak melangkah kearah pintu keluar, aku melihat
Kawamaru dan Yuki di dapur. Yuki memegang tangan Kawamaru dan mendorong tubuh
Kawamaru ke dinding dapur yang terbuat dari kayu parket itu. Dilihat dari
sikapnya, sepertinya Yuki ingin mencium Kawamaru. Dan benar saja, Yuki
mendekatkan wajahnya pada Kawamaru. Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiranku
saat ini sehingga aku mengampiri mereka dan menarik tubuh Yuki menjauh dari
Kawamaru, sama seperti apa yang dilakukan Kawamaru semalam. Aku memukul
Kawamaru dengan tas yang kubawa. “ Kau jahat Kawamaru. Bukankah kau sudah
berjanji untuk tidak bersikap manis pada
wanita lain selain padaku?” teriakku dengan air mata yang tiba-tiba mengalir
dengan derasnya dari mataku.
Kawamaru memelukku sangat erat. “ Aku tidak melupakan janji itu
Kimi.” Ujarnya dengan suara lembut.
“ Aku benci padamu Kawamaru. Benci saat kau tersenyum untuk
wanita lain, benci saat kau bermain piano untuk wanita lain, benci saat kau
membiarkan masakanmu dimakan oleh wanita lain, benci saat semua tentangmu
diketahui oleh wanita lain selain aku. Aku benci..... saat kau memberikan
ciumanmu itu untuk orang lain Kawamaru. Aku benci itu Kawamaru.” Tangisku
meledak dibalik dekapan Kawamaru.
“ Aku benci karena aku tidak bisa membencimu, walaupun selama
ini aku hanya jadi pelampiasanmu atas Kak konno saja Kawamaru. Aku juga benci
saat kau bersikap manis padaku, karena aku tahu,kau melakukannya karena wajahku
yang mirip kak Konno. Aku benci terlahir dengan wajah seperti ini...”
Ucapku panjang lebar.
“ Jadi selama ini kau
menganggap aku bersikap seperti itu padamu, karena alasan wajahmu yang mirip
dengan Konno?”. Kawamaru mengangkat wajahku. Tatapannya begitu tajam menyeruak
kedalam hatiku. Aku hanya bisa mengangguk lemas.
“ Kau salah Kimi. Kau memang mirip dengan Konno, tapi bukan
wajahmu yang mirip. Yang membuatmu mirip dengan Konno adalah daya tarikmu, kau
dan Konno sama-sama bisa membuatku gila hanya dengan membayangkan wajah kalian,
mendengar suara kalian, menyebut nama kalian dan banyak lagi hal lain yang bisa
membuatku gila Kimi.” Jelasnya panjang lebar.
“ Dan aku tidak bisa merasakan hal itu dari wanita lainnya
Kimi.” Kawamaru kembali memeluk erat tubuhku. Aku tidak bisa berkata apa-apa
lagi setelah mendengar penjelasan Kawamaru yang membuat aku merasa senang.
“ Tolong, berhentilah berpikir bahwa aku menganggapmu Konno. Itu
tidak benar Kimi. Konno memang pernah mengisi hatiku, tapi sekarang posisinya
sudah lenyap sejak aku pertama kali bertemu denganmu.”
“Lalu, kenapa tadi kau bersikap begitu baik pada Yuki dan
membiarkan Yuki akan menciummu?” aku menoleh pada Yuki yang tampak begitu heran
melihat pertengkaran aku dan Kawamaru.
“ Bukankah yang menyebabkan ini semua adalah dirimu? Dari awal
aku sudah tidak mau ikut acara seperti itu, tapi kau justru memaksaku. Aku
sengaja ingin melihat reaksimu saat tahu aku akan mencium orang lain. Ternyata
reaksimu lebih hebat dari yang kubayangkan.” Kawamaru mengacak-acak rambutku
dengan senyuman evil-nya.
Aku menghampiri Yuki. “ Maaf Yuki, ternyata aku tidak bisa
merelakan Kawamaru untuk siapapun, bahkan untuk wanita secantik dirimu
sekalipun.” Kupeluk tubuh kurus Yuki dengan tulus. Aku salah sudah
mempermainkan perasaannya.
“ Ya, kurasa aku memang tidak akan bisa mendapatkan hati
Kawamaru. Lebih baik sekarang aku pulang.” Yuki melepas pelukanku dan mencium
pipiku.
“ Aku tidak apa-apa.” Lanjutnya kemudian pergi dari rumah
Kawamaru.
Kawamaru kembali memelukku setelah Yuki pulang. Aku bahagia
karena akhirnya aku tidak perlu membuang rasa cintaku pada Kawamaru. Tidak perlu membiarkan jari lembut
Kawamaru menyentuh wanita lain, tidak perlu membiarkan harum tubuh Kawamaru
dinikmati oleh orang lain dan banyak lagi hal indah tentang Kawamaru yang tidak
perlu kubiarkan dimiliki orang lain. Karena sekarang Kawamaru menjadi milikku
seutuhnya, aku senang.
“ Kau tahu Kawamaru? Orang yang membuatku menolak lamaran Shu
itu adalah dirimu.” Ujarku dari balik pelukannya.
“Aku tahu.” Jawab Kawamaru singkat. Tentu saja jawabannya itu
membuat aku terkejut. Dari mana dia tahu hal itu?.
“ Tak lama setelah kau pulang saat aku dirumah sakit waktu itu,
Shu datang padaku dan mengatakan bahwa dia yakin kalau orang yang kau cintai
itu adalah aku. Dia juga sempat memukulku sebelum akhirnya berjanji akan
membantuku mendapatkanmu.”
“ Jadi kau sudah tahu semuanya sejak awal?” Tanyaku kaget dan
melepaskan diri dari pelukannya.
Kawamaru mengangguk. “ Tapi aku senang, akhirnya kau bisa jujur
tentang perasaanmu padaku.” Senyum lebar Kawamaru terlihat begitu memukau.”
Sekarang bagaimana? Apa kau masih ingin menjodohkan aku dengan teman-temanmu?”
lanjutnya dengan raut wajah jahil.
Aku menggeleng kuat-kuat. “ Tidak... kau milikku dan tidak ada
seorangpun yang boleh memilikimu selain aku.”jawabku manja tapi tegas. Sudah
lama sekali aku menantikan saat-saat seperti ini, saat aku dapat menunjukkan
pada Kawamaru bahwa aku benar-benar mencintainya dan tidak ingin kehilangan
dirinya.
Kawamaru menarik tubuhku agar lebih dekat padanya. Wajahnya yang begitu mengagumkan itu tersenyum manis
padaku. Bagaimana mungkin aku bisa membiarkan senyuman seperti itu diberikan
Kawamaru pada wanita lain?.
“ Aku senang melihat mu tersenyum seperti itu Kawamaru, kau
lelaki yang cantik sekali.” Ujarku dan tetap memandang wajah Kawamaru.
Kawamaru mengacak-acak rambutku lagi setelah mendengar ucapanku.
Dia mendekatkan wajahnya padaku.” Tapi aku tidak lebih cantik darimu... Kimi”
ucapnya pelan. Wajahnya yang begitu dekat membuat hembusan nafasnya menerpa
wajahku. Aku tersenyum lembut. Beberapa detik kemudian Kawamaru telah berhasil
menciumku dengan lembutnya. Aku yang
selama ini sudah terbiasa dengan ciuman
Kawamaru yang tiba-tiba seperti merasa sedikit terkejut.
Habisnya, bibir Kawamaru kali ini terasa sangat dingin, jadi aku
masih belum bisa menyesuaikan diri. Namun karena Kawamaru tidak mau melepaskan
ciumannya, lama-lama aku jadi terbawa suasana dan membalas ciuman Kawamaru.
Dia tersenyum setelah melepas ciumannya, tapi tangannya menarik
daguku hingga kami kembali berciuman.
Ah, sepertinya kali ini dia terlalu bersemangat dengan
ciumannya.
Aku sampai tidak tahu harus bersikap bagaimana kalau menghadapi
Kawamaru yang seperti ini.
Aku berusaha melepaskan diri dari ciumannya dengan cara
mendorong tubuhnya agar menjauh dariku. Berteriak dan menyuruhnya berhenti
menciumku itu tidak mungkin dapat kulakukan karena Kawamaru sudah mengunci
bibirku dengan ciumannya. Akhirnya aku membalas ciuman King of Kiss yang
kesekian kalinya itu dengan lembut.
©©©.......END.......©©©